Mohon tunggu...
Nasuka -
Nasuka - Mohon Tunggu... -

Nasuka, lahir di Indramayu pada 28 Januari 1990. Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Pendidikan Ekonomi ini aktif di organisasi kepenulisan yang telah dirintisnya dengan nama Lingkar Karya. Hobinya ialah membaca dan menulis. Buku yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh anak pertama dari delapan bersaudara ini berjudul Sukses itu Hak Anda (2012) yang diterbitkan oleh Soega Publishing, Berjalan Di Atas Pelangi (2013) yang diterbitkan oleh 2A Dream Publishing, antologi puisi bersama Harmoni Sajak Dalam Dekapan Mimpi (2014) yang diterbitkan oleh 2A Dream Publishing dan Jadilah Sesendok Gula (2014) yang diterbitkan oleh Penerbit Asrifa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Sebagai Rasul

5 Juli 2014   19:25 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:21 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila Bung Karno pernah menyebut guru sebagai rasul.

Berbeda dengan Bur Rasuanto, yang menjelaskan dalam bukunya "Saya Berambisi Menjadi Presiden."

"Tak ada satu profesi yang begitu dibutuhkan tapi juga diabaikan bahkan direndahkan, seperti profesi guru.

Menjadi guru di Indonesia tidak hanya makan gaji kecil tapi juga makan hati besar. Bahkan guru dijadikan obyek politik!"

***

Dalam arti yang saya tangkap, Bung Karno memandang guru sebagai penyampai risalah Tuhan. Dimana yang disampaikan dan dilakukan oleh guru adalah kebenaran yang datangnya langsung dari Tuhan.

Saya pikir sangat mulia dan dimuliakan menjadi seorang guru. Hanya saja, apakah kemuliaan ini akan bertahan ketika dihadapkan pada situasi pragmatis, oportunis bahkan kapitalis?

Apa yang dijelaskan Bur Rasuanto adalah penegasan untuk memperjuangkan makna kesucian seoarang guru. Bagaimana supaya tidak dipolitisasi sehingga harkat martabatnya murni. Kemudian bagaimana supaya derajat kehidupannya pun dihargai lebih layak.

***

Hmm..inilah kenyataan profesi guru. Siapa yang bertanggung jawab? Tentu Tuhan. Akan tetapi, bagaimanapun pemimpin negeri ini dipertanggung jawabkan baik saat ini maupun diakhirat nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun