Dalam dunia profesional, etika menjadi salah satu hal paling krusial yang harus selalu dijaga. Keberlangsungan suatu profesi di latar belakangi oleh etika yang baik. Di Indonesia, etika tentang suatu profesi bahkan diatur dalam Undang-Undang negara. Hal ini memberikan indikasi bahwa etika dan profesional selalu berjalan beriringan, salah satunya seperti etika dalam profesi akuntan.
Profesi akuntan merupakan salah satu profesi yang penting dalam bidang bisnis dan keuangan. Akuntan ada pada semua sektor kehidupan yang memerlukan hitungan dan pelaporan keuangan dengan baik. Oleh karenanya, akuntan memiliki peran strategis dalam menjaga kepercayaan masyarakat.
Salah satu cara menjaga kepercayaan masyarakat adalah dengan menerapkan etika deontologi dalam segala permasalahan yang dihadapi. Menurut kamus filsafat, etika deontologi adalah etika yang berdasarkan konsep tentang kewajiban, lawan dari sistem etika yang berdasarkan ide dasar meraih beberapa kondisi hubungan yang baik atau kualitas karakter yang dibutuhkan untuk hidup dengan baik. Etika ini membenarkan suatu tindakan jika dan hanya jika tindakan tersebut selaras dengan moral yang ada.
Penerapan etika deontologi dalam dunia bisnis dianggap masih sangat relevan. Menurut Immanuel Kant (1724-1804) melalui karyanya Groundwork of the Metaphysics of Moral, menyatakan bahwa satu-satunya yang baik adalah kehendak baik. Dengan demikian moralitas suatu tindakan berdasarkan itikad untuk mengikuti atau menaati alasan tentang apa yang menjadi kewajiban kita.
Sebagai akuntan, yang menjadi kewajiban utama adalah menyajikan laporan keuangan dengan baik dan benar. Prinsip etika deontologi ini sebenarnya cukup untuk diterapkan secara independen jika tidak terdapat konflik kepentingan pribadi dan pihak-pihak tertentu. Oleh karenanya, jika terdapat konflik kepentingan pribadi maka etika utilitarian dapat menjadi alternatif solusi yang diambil sebagai seorang akuntan.
Etika utilitarian mendefinisikan kebaikan dan keburukan sesuatu berdasarkan konsekuensi yang diperoleh. Tindakan yang benar secara etis adalah tindakan yang menghasilkan kesenangan terbesar atau jumlah sakit terkecil. Teori ini tidak bisa berdiri sendiri. Â Teori ini akan sangat relevan jika diterapkan beriringan dengan teori deontologi. Kewajiban yang dianggap etis oleh teori deontologi tak akan selalu baik jika berdiri sendiri.Â
Di era revolusi industri 4.0, perubahan zaman yang semakin berkembang, dan segala bentuk tantangan yang berbeda dari sebelumnya, menuntut kita untuk memiliki prinsip pegangan yang relevan dan fleksibel. Berpegang teguh pada etika deontologi dan utilitarian sekaligus bisa menanggulangi hal-hal yang tak diinginkan. Tak lupa, ambil segala keputusan dengan pertimbangan matang dan kepala dingin. Â
Referensi :Â
Simon Blackburn, Kamus Filsafat, terj. Yudi Santoso, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013, hlm. 436.
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Jakarta: PT Gramedia Utama, 2005, hlm. 158.
Nisaputra, Rezkiana. 2023. Peran Strategis Akuntan Dalam Menjaga Trust Melalui Standar Akuntansi Keuangan. Diakses pada 31 Mei 2024 dari https://infobanknews.com/peran-strategis-akuntan-dalam-menjaga-trust-melalui-standar-akuntansi-keuangan/