[caption caption="Thomas Mali"][/caption]Hidup kadang memang terasa tidak adil,terutama bagi mereka yang mempunyai kekurangan fisik.Tidak ingin hidupnya Cuma menjadi beban buat keluarga,ia pun memilih bekerja sebagai tukang sol di seputaran pasar baru Atambua.
Thomas Mali terlahir sebagai bayi normal,di asuh oleh sang nenek sejak bayi,di vonis menderita polio saat masih balita,membuat dua kakinya tumbuh mengecil dan tidak sempurna , merayap di lantai menjadi satu satunya cara untuk berjalan.
Memasuki masa sekolah dasar,di SLB Tenuboot,Atambua, Thomas tinggal di panti asuhan yang masih di dalam satu kompleks sekolahan.Masa SMP di jalaninya di daerah Manggarai Flores,di asuh oleh seorang biarawati berkebangsaan Jerman,di sanalah ia menjalani operasi oleh ahli bedah dari Australia,yang cuma memberikannya satu pilihan terbaik yaitu dengan cara mengamputasi kedua kakinya yang mengecil agar bisa di ganti dengan kaki palsu .Thomas pun dapat merasakan bagaimana rasanya berjalan mengunakan kedua kaki palsunya dengan bantuan tongkat.
Pindah ke kupang untuk menyelesaikan pendidikan SMA,tinggal bersama para biarawati di daerah Merdeka,Kupang, dan mendapat kelas ketrampilan menjahit dari para biarawati yang menjadi pembimbingnya.Merasa kesulitan di kelas menjahit ,karena harus sering menggunakan kaki yang kuat untuk membuat mesin jahit bergerak,ia pun memutuskan untuk mengambil kelas mereparasi sepatu.
Setelah selesai menamatkan SMA nya, Thomas memberanikan diri membuka usaha mereparasi sepatu di sekitaran Merdeka,Kupang.Setelah sekian lama di kupang ,Thomas memutuskan untuk kembali ke kota Atambua,pada awalnya ia membuka usaha tambal ban dan servis motor,tapi lagi lagi karena aktivitasnya yang terbatas menjadi kan ia menutup usaha bengkel tersebut .Pada akhirnya Thomas kembali membuka usaha mereparasi sepatu di sekitaran Pasar baru Atambua,Penghasilan yang di dapat sekitar lima puluh ribu per hari,bisa lebih banyak menjelang hari raya Natal dan masa awal tahun ajaran baru.
[caption caption="Suster Lori"]
Thomas bercerita bahwa ia tidak ingin terus menyesali apa yang terjadi pada hidupnya,Dia malah berterima kasih telah bertemu banyak orang hebat yang selalu menyayangi dan membantunya untuk Mandiri.Menjalani hidup dengan selalu bersyukur berulang ulang di tegaskan Thomas kepada saya.Semangat nya untuk melawan ketidak berdayaannya karena Polio,bisa menjadi pesan yang kuat buat kita untuk tidak menyerah melawan segala rintangan yang pasti akan kita temui dalam kehidupan di dunia ini,salute to Thomas.
[caption caption="Daerah Pasar baru Atambua"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H