Johanes Martin adalah siswa SD Negri weliurai,desa Kabuna ,kecamatan Kakulukmesak, kabupaten Belu.Tinggal di dusun Wedik,setiap hari harus berjalan kaki menuju sekolahnya yang lumayan jauh, dan hal ini di lakukan juga oleh hampir seluruh teman sekolahnya, di karenakan tidak adanya angkutan umum di dusun tersebut. Bapaknya bekerja sebagai petani, ibunya seorang ibu rumah tangga, mempunyai 6 orang saudara kandung
Tapi di barisan kelas 4,5 dan 6 seragamnya mulai terlihat kuning,celana merahnya mulai pudar, sepatu dengan kondisi yang lumayan memprihatinkan(sepatu mulut buaya),bahkan sebagian nyaris memakai sandal jepit.
Johanes Martin termasuk di dalam anak yang menggunakan sendal jepit, dengan alasan kondisi ekonomi orangtua membuat ia tidak mungkin memaksakan orangtuanya untuk membelikan sepatu, walaupun terkadang ia dan teman temannya di tegur oleh guru karena hal ini.Tetap semangat ke sekolah walaupun dengan sendal jepit.
Terlihat senyum di raut muka Johanes Martin, dan ada seorang temannya yang mempunyai sepatu mulut buaya ketika di tanya mengapa masih pakai sepatu ini,alasannya ini adalah warisan kakaknya,dan ketika ia mendapat sepatu baru ,sepatu mulut buayanya akan di sol ulang dan di wariskan ke adiknya yang juga tidak mempunyai sepatu sekolah. Inilah kondisi nyata anak anak SD di pelosok Belu yang memang perlu menjadi perhatian berbagai pihak terkait.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H