Mohon tunggu...
Nasrur Muhammad
Nasrur Muhammad Mohon Tunggu... lainnya -

Mencari sebuah kepercayaan itu sangat sulit. Maka jangan pernah mengabaikan kepercayaan orang lain, jika kita sudah dipercaya. "HIdup demi sebuah Kepercayaan".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tahu Tapi Tidak Mengerti (Pura-pura tidak tahu)

27 Desember 2011   04:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:42 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di dunia ini, banyak orang yang tahu, bahkah sok tahu. Pemberantasan buta huruf di beberapa pelosok Indonesia sekarang berangsur lebih baik. Masyarakat kini sudah banyak yang sudah bisa membaca, meski harus dengan mengeja. Harapannya, semakin banyak masyarakat yang bisa membaca dan menulis, kebodohan di negeri ini mulai berkurang. Benarkah demikian?
Jika tujuan utama pendidikan di negeri ini untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, Indonesia telah berhasil. Karena sekarang sudah banyak orang cerdas di negeri ini. Tidak hanya cerdas membaca, tapi juga cerdas membuat ulah. Cerdas dalam membodohi rakyat, termasuk mengambil uang negara.
Atau, tujuan pendidikan di negeri hanya untuk mengentaskan kemiskinan. Mungkin ya, karena sekarang banyak orang miskin yang mendadak jadi kaya. Orang bodoh bisa menjadi anggota dewan, bahkan kepala daerah.
Tapi, sepertinya pendidikan di negeri ini lupa, kalau manusia tidak cukup dibuat cerdas, tapi juga tahu dan mengerti. Saya selalu mengamati para pengendara bermotor jika sedang kebetulan melintas di traffigh light. Sekilas jika dilihat, para pengendara kendaraan bermotor di jalan raya, minimal pernah mengenyam pendidikan sekolah dasar. Tapi kenapa masih saja ada pelanggaran terhadap lalu lintas.
Lihat saja, tidak hanya pengendara berseragam sekolah, atau berseragam dinas, tapi juga sampai yang berpenampilan mahasiswa. Mereka tahu kalau lampu traffigh menunjukkan warna merah itu mengisayaratkan berhenti, tapi masih saja diterobos.
Ada salah satu pengendara yang menyapa saya. "Kok tidak ikut jalan mas, kan yang lain pada jalan. Mumpung sepi, ayo terobos saja." Denngan santai saya jawab. "Saya pernah sekolah kok pak."
Orang tadi langsung diam. Entah tersinggung atau malu saya tidak tahu. Yang jelas, secara tidak langsung, saya ingin mengatakan kalau lampu merah berarti berhenti. Baik kondisi jalan sedang sepi atau ramai dengan lalu lalang kendaraan.
Seharusnya kita malu. Sejak kecil kita dikenalkan dengan rambu-rambu lalu lintas. Tapi kenapa harus melanggar. Saya hanya tidak ingin dikatakan orang bodoh, hanya persoalan melanggar rambu-rambu lalu lintas. Terlebih saya memegang Surat Ijin Mengemudi (SIM).
Jangan hanya membuat diri kita tahu, tapi juga mengerti. Agar tidak dianggap sok tahu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun