Garpu bermaksud menggantikan sendok dari posisinya.
"Tidak bisa. Kamu tidak bisa membantu tuan menikmati makanan berkuah!" sahut sendok mengawali penolakannya dengan langsung menyebut kelemahan garpu.
"Sebelum kita datang orang-orang dulu hanya pakai jari. Mereka dapat menikmati air sayur tanpa harus menunggu terciptanya sendok!" Garpu membalasnya karena tidak danggap. "Karenanya kamu juga tidak begitu penting!"
Perseteruan terhenti. Tuan mereka menggunakan keduanya. Namun setelah makan garpu menolak disilangkan disebabkan posisi sendok di atas garpu. Akhirnya mereka berjarak meski dalam satu piring.
"Sebenarnya saya bisa melukaimu", ancam garpu. "Dengan empat kaki saya yang tajam, saya bisa menusuk perut cekungmu itu".
Diancam seperti itu sendok takut juga meski ia tahu garpu tak akan melakukannya. Buktinya meski keduanya berada di dalam tempat sendok, garpu tak sedikitpun melukainya.
"Bagaimana kalau kita galang dukungan", tawar sendok dalam sesaknya tempat sendok. "Kalau kamu didukung oleh banyak alat makan maka kamu bisa berada di tangan kanan, sebaliknya kalau saya lebih banyak maka saya tetap berada di posisi saya".
Garpu menyetujuinya.
Sendok dan garpu pun mengumpulkan massa guna menggalang dukungan. Sendok mengumpulkan semua alat makan yang berceruk yang bisa memuat kuah sementara garpu mengandalkan kaum minoritas.
***
Meski akhirnya kalah --dan sendok tetap di posisinya-- garpu mendapat banyak simpati dari sumpit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H