Di bukit berumput hijau, dekat hutan pinggiran kota
Sang penyair berdiri di kolong langit, menatap tembok-tembok tinggi yang penuh sesak melingkupi udara
ia menyanyikan sebuah tembang, tentang burung elang yang dikerangkeng penguasa angkara murka
Suara merdunya mencapai cakrawala, "Elang tak berubah menjadi merpati walau kau kurung dijeruji besi!"
Ia terus bersenandung, "Elang tahu pasti angkasa mengiginkannya kembali, terbang tinggi, menembus awan, berkeringat menyusuri garis matahari"
Hingga senja datang, ketika menyambut sang bulan, ia masih mendendangkan "Angkasa tanpa elang bagai raga tanpa jiwa, bagai pohon tak berbunga, bagai malam yang sepi sunyi"
Di dalam jerusi besi elang tak memikirkan semesta
Ia mengolah hidupnya
Duduk bertafakur mengingat yang Maha Perkasa
Elang mulia mengangkasa
Menerjang langit dengan setia
Menerkam kepala pencemar durjana!