Keseriusan PKS dalam kaderisasi, fokusnya partai sebagai school of leadership serta menciptakan iklim demokrasi yang sehat, membuat PKS hanya menjadi penonton saja dalam proses pencalegan ke KPU.
PKS hanya gigit jari, melihat partai-partai lain kebanjiran caleg-caleg sebagai berikut :
1. Disaat Parpol lain ramai-ramai kebajiran artis menjadi caleg, PKS tidak mencalegkan artis.
2. Disaat Parpol lain kebajiran politisi yang kutu loncat dari partai lain, PKS tidak mencalegkan satu politisi kutu loncat pun.
3. Disaat Parpol lain ada yang mencalegkan mantan koruptor, tak satu pun caleg PKS yang tersangkut korupsi. Contohnya Gerindra, mencalegkan Vonny Anneke Panambun, terpidana korupsi Bandara Loa Hulu di Kutai.
4. Disaat Parpol lain masih mencalegkan aleg yang terkena skandal video porno, Tak satu pun caleg PKS yang tersangkut hal itu.
5. Disaat banyak anggota keluarga politisi yang menjadi caleg, Politisi PKS melarang anggota keluarganya menjadi caleg
6. Disaat anggota keluarga kepala daerah yang diusung oleh partainya ikut dalam bursa caleg, PKS justru melarang mencalegkan keluarga kepala daerahnya
7. Disaat Kepala Daerah dari partai lain ikut juga dalam pencalegan, PKS justru meminta kepala daerahnya untuk fokus memimpin daerahnya. Berikut kepala daerah yang ikut dalam bursa pencalegan.
Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf yang menjadi caleg dari Partai Demokrat. Wakil Bupati Sumedang Taufiq Gunawansyah yang maju melalui Golkar. Bupati Sinjai, HA Rudiyanto Asapa dan Bupati Enrekang, La Tinro La Tunrung. Keduanya menjadi caleg DPR RI dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Calon Bupati Bandung Barat, Aep Nurdin dan Calon Wakil Bupati Bandung Barat, Samsul Maarif.
8. Disaat Parpol lain masih mencalegkan alegnya yang bermasalah, PKS justru tidak memasukannya lagi. Berikut beberapa contohnya.