Mohon tunggu...
Nasrullah Taufik
Nasrullah Taufik Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Cerified Guest Relation by BNSP Indonesia dan berprofesi sebagai Public Relation Manager di Arafah Collection Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memperingati Hari Kartini: Di Ujung Pantai Gelap, Pasti Ada Mercusuar

24 April 2015   15:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:43 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Habis gelap, terbitlah terang. Itulah kutipan dari Raden Ajeng Kartini yang sangat tepat jika dikatikan dengan perjuangan beliau untuk membuat harakat dan martabat perempuan lebih dihargai. Habis gelap, terbitlah terang. Itulah secercah harapan dan motivasi yang gigih dari RA Kartini untuk memastikan perempuan mendapatkan perlakuan yang layak dari orang lain. Habis gelap, terbitlah terang. Itulah keyakinan hakiki yang diperjuangkan oleh RA Kartini untuk memberikan perempuan kesempatan untuk meraih cita-cita yang sama seperti laki-laki.

Jika kita melihat masa lalu disaat RA Kartini memperjuangkan hak kaum wanita, betapa sangat dipandang rendahnya kaum wanita tersebut. Di zaman nya, wanita hanyalah

hiasan untuk dapur yang kosong. Di zaman nya, wanita hanyalah pelengkap rumah yang minta dibersihkan. Di zaman nya, wanita hanyalah ornamen rumah tangga yang dibutuhkan untuk menjaga sang buah hati. Tapi seiring perjuangan RA Kartini yang tanpa henti, keadaan pun mulai berubah. Kaum wanita yang dianggap hanya sebagai pengisi muka bumi, kini perlahan menjadi kaum yang paling dihormati keberadaanya. Wanita kini sudah bangkit, sudah bangkit dari segala penjajahan pria, sudah bangkit dari segala perendahan harga diri, sudah bangkit dari sebuah zaman keterpurukan yang penuh kegelapan untuk menuju ke jalan penuh cahaya terang. Perjuangan RA Kartini membuat wanita masa kini tidak dianggap sebelah mata.

Tak ayal hal itu membuat tidak sedikit wanita menapaki posisi yang sangat tinggi didalam sebuah organisasi, bahkan sebuah negara. Wanita kini dinilai sebagai pribadi yang sangat penting yang dapat memajukan segala sisi dan kondisi. Derajat wanita kini jauh lebih dihargai dibanding zaman RA Kartini dulu. Wanita masa kini dapat merangkap berbagai profesi mulai dari supir, security, kasir, hingga jabatan tinggi disebuah perusahaan seperti manager, direktur, CEO, atau bahkan presiden. Kini roda telah berputar, wanita lah yang dewasa ini memegang peranan didalam kehidupan. Perempuan masa kini tidak perlu khawatir melakukan apapun karena kesamaan derajat yang dimilikinya.

Melihat perkembangan perempuan yang terjadi di zaman globalisasi seperti sekarang ini, timbul sebuah pertanyaan, yaitu apakah wanita mengalami emansipasi atau eksploitasi? Sebagai contoh, dulu, wanita hanyalah dianggap sebagai alat untuk memuaskan nafsu kaum lelaki. Namun sekarang, perempuan seringkali dianggap sebagai komoditas untuk meningkatkan penjualan di tengah persaingan pasar yang semakin kompetitif. Wanita lah yang menjadi ikon atau lambang dari sebuah iklan untuk memastikan sebuah perusahaan dapat meraih profit sebanyak banyaknya. Tidak jarang pula, wanita tersebutlah yang justru dijadikan sebagai komoditi yang diperdagangkan. Bukankah iklan shampoo atau sabun akan lebih menarik jika ada perempuan cantik sebagai modelnya? Bukankah sebuah iklan mobil akan lebih menarik jika ada perempuan manis yang memerankanya? Bukankah penjualan rokok akan meningkat jika perempuan gemulai lah yang menjualkanya?

Hal itulah yang sekarang ini sering terjadi. Bukan justru emansipasi yang didapat, akan tetapi eksploitasi secara tidak disadarilah yang terjadi. Perusahaan berusaha menampilkan perempuan dengan dikemas dengan kesan yang glamour dan terbuka untuk menarik pembeli sebanyak-banyaknya. Di satu sisi, emansipasi telah terjadi saat perempuan dapat bekerja dan mencari penghasilan sendiri, tapi di sisi lain, eksploitasilah yang berkembang seiring maraknya perempuan yang dijadikan objek serta komoditi yang diperdagangkan.

Untuk menentang pengeksploitasian wanita, sudah banyak sekali gerakan gerakan serta upaya upaya yang dilakukan. Selain itu, kini juga banyak masyarakat yang menyuarakan pendapatnya untuk menentang eksplotasi tersebut. Namun satu hal yang pasti, kesetaraan gender saja tidak cukup untuk mempertahankan emansipasi yang sudah kaum wanita raih pada saat ini. Sebagai individu, kaum wanita sudah sepantasnya lah menjaga harakat dan martabatnya masing masing karena terkadang eksploitasi dan emansipasai bisa berjalan lurus secara bersamaan. Banyak wanita yang tidak sadar bahwa mereka tereksploitasi justru karena dirinya sendiri. Hal yang sering sekali menjadi bahan eksploitasi adalah karena adanya kebebasan dalam berpakaian. Sehingga, wanita merasa bebas untuk berekspresi dengan pakaianya tersebut. Tidak jarang di tempat umum seperti pusat perbelanjaan atau di perkantoran terlihat wanita yang menggunakan busana minim. Terkadang hal-hal kecil seperti itulah yang dapat menyebabkan eksploitasi kepada wanita.

Di sisi lain, emansipasi yang terjadi pada kaum wanita membawa pengaruh positif kepada perkembangan wanita di zaman sekarang. Bila kita melihat zaman dulu, seringkali wanita hanyalah menjalankan perintah dari kaum pria. Bahkan wanita dulu seperti dijajah oleh pria. Tak heran mengapa ada salah satu bait syair yang sangat populer yaitu wanita dijajah pria sejak dulu. Syair tersebut bukanlah sekedar syair, tapi memang betul betul menggambarkan apa yang terjadi kepada kaum wanita yang sangat menderita akibat dianggap rendah oleh kaum pria. Tapi yang terjadi kini adalah justru wanitalah yang bisa jadi memerintah pria untuk melakukan segala sesuatu. Ya, berbagai jabatan penting yang dimiliki oleh kaum wanita memungkinkan mereka untuk melakukan hal tersebut. Sebut saja salah satu mantan presiden wanita Indonesia yang dapat memimpin satu negara, yaitu Megawati Soekarnoputri. Wanita masa kini pun sangat bersaing dengan kaum pria. Terbukti dengan banyaknya lulusan wanita yang meraih gelar professor atau bahkan bekerja di PBB seperti Sri Mulyani.

Banyak hal-hal kecil yang memperkuat anggapan bahwa wanita masa kini jauh lebih dihargai dan dianggap istimewa. Contoh kecilnya saja seperti adanya gerbong kereta khusus untuk wanita, tempat parkir khusus untuk wanita, komisi nasional untuk pemberdayaan wanita dan beberapa keistimewaan lain yang sangat tidak mungkin terjadi sebelum adanya emansipasi seperti sekarang ini. Akan tetapi, sayangnya masih banyak kaum pria yang memiliki persepsi bahwa wanita adalah kaum yang lemah, sehingga sangat banyak terjadi kasus pelecehan, bahkan di tempat umum sekalipun. Maka dari itu, kerjasama yang kooperatif dari berbagai pihak dapat membuat wanita bisa jauh lebih baik dari sekarang karena masalah terbesar wanita masa kini adalah di keamanan. Sangatlah penting seluruh bagian serta lapisan masyarakat turut serta untuk memastikan keamanan bagi kaum wanita mengingat pentingnya kaum wanita di kehidupan manusia.

Satu hal yang harus diyakini adalah, tidak ada gender yang lebih baik dan tidak ada gender yang lebih buruk. Memang, tidak dapat dipungkiri bahwa wanita dan pria adalah berbeda. Perbedaan yang terjadi diantara keduanya bukan hanya tentang jenis kelamin saja, namun juga kebiasaan serta faktor-faktor lain yang ada pada keduanya. Namun, perbedaan tersebut bukanlah untuk menunjukan siapa yang lebih hebat dan siapa yang lebih unggul. Kaum pria dan kaum wanita memang diciptakan Tuhan untuk saling mengimbangi satu sama lain. Kaum pria haruslah menyadari betapa berharganya wanita di kehidupanya. Maka dari itu, ada kutipan yang mengatakan di balik laki-laki yang sukses, terdapat perempuan yang hebat dibelakangnya.

RA Kartini patut tersenyum melihat perkembangan serta kemajuan wanita di zaman sekarang ini. Tanpa adanya perjuangan yang gigih dari RA Kartini, kita tidak akan bisa melihat adanya emansipasi serta kesetaraan gender antara pria dan wanita. Perjuangan yang dilakukan oleh RA Kartini tidaklah mudah. Dulu, kesamaan hak perempuan hanyalah mimpi. Tapi berkat RA Kartini, kini semua telah menjadi nyata. Beliau terus menerus berusaha memperjuangkan agar kaum wanita dapat dihargai seperti sekarang ini. Beliau terus yakin perempuan akan dihormati. Beliau terus yakin perempuan akan meraih impianya. Beliau terus yakin perempuan akan bisa menjadi bintang di sebuah kehidupan. Meskipun awalnya sulit, beliau terus yakin, bahwa di ujung pantai gelap, pasti ada mercusuar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun