Mohon tunggu...
Nasrullah Muhammadong
Nasrullah Muhammadong Mohon Tunggu... Dosen - Dosen ilmu hukum

Hobi pidato, nyanyi, and olahraga

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Di Tengah Perjalanan Baru Tahu, Kalau Sopirnya Tunarungu

9 November 2023   06:58 Diperbarui: 9 November 2023   07:01 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

DI TENGAH PERJALANAN BARU TAHU, KALAU SOPIRNYA TUNARUNGU 

Dalam suatu kesempatan menuju ke Kab. Toli-Toli, saya naik mobil rental. Sopirnya begitu ugal-ugalan. Melakukan zig-zag dengan kendaraan lain. Berusaha menyalip walaupun kendaraan di depannya belum memberikan kode untuk mendahului. Termasuk cuek dengan kendaraan yang meng-klakson di belakang, karena ingin mendahului.

Karena hampir semua serba dag-dig-dug, salah seorang penumpang memberikan nasihat kepada si sopir tadi: "tolong pelan-pelan saja membawa mobil". Tapi anehnya, si sopir itu tetap cuek.

****

Seperti biasa, untuk memberikan kesempatan penumpang beristirahat sambil makan, mobil berhenti di sebuah warung (yang ketika itu sudah agak larut malam).

Singkat cerita, ketika selesai makan malam, saya menyempatkan diri untuk berbincang-bincang soal tabiat sopir yang ugal-ugalan itu. Karena pembicaraan sudah mengarah ke soal nyawa, salah satu dari kami langsung saja mendekati si sopir tadi. Dengan sedikit nyali, ia memberikan teguran, agar membawa mobil pelan-pelan saja. Tapi, si sopir itu hanya memandang, dan tidak memberikan jawaban. 

Untungnya, ada penumpang lain yang menjelaskan, bahwa sopir itu hanya sopir cadangan. Ada sopir utamanya. Maka dipanggillah si sopir utamanya.

Si sopir utama datang dan berkata, bahwa rekannya yang membawa mobil itu adalah orang bisu, alias tuna rungu. Mendengar penjelasan itu, kami semua saling berpandangan.  Akhirnya kami meminta kepada si sopir utama untuk menjelaskan kepada rekannya, agar supaya membawa mobil pelan-pelan saja.

Si sopir utama menyahuti. Ia menggerak-gerakkan tangan dan bibirnya, sebagai bahasa isyarat. Gayung bersambut. Si sopir bisu itu membalasnya. Pasca komunikasi, saya sempat bertanya: "Apa maksud jawabannya? Si sopir utama menjelaskan bahwa: "kami seluruh penumpang tidak usah takut karena dia telah memiliki SIM A".

Mendengar hasil terjemahan bahasa isyarat itu, kami semua pada melongo. Pada akhirnya tertawa juga. Ada yang nyeletuk: "Apa bisa menjamin, memiliki SIM A tetap selamat, walaupun ugal-ugalan?" Yang lain juga berkata: "Kok bisa ya, orang tuna rungu memilki SIM?

Rasa khawatir hingga ketakutan untuk melanjutkan perjalanan, mulai bermunculan di benak beberapa penumpang, termasuk saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun