Banyak hal yang pantas dipelajari dari seorang Bernardo Tavares. Mulai dari kemampuan meramu tim, kepemimpinan di lapangan, kelihaian meramu taktik sesuai kemampuan tim dan kekuatan lawan, hingga kerendahan hati dalam melewati pertandingan demi pertandingan.
Tavares memulai debutnya di Liga Indonesia, dengan menahkodai PSM Makassar jelang Liga 1 musim 2022/2023 dimulai. Piala Presiden dan AFC Cup zona Asia Tenggara adalah ujian sekaligus simulasi perdananya dalam meracik tim PSM. Dengan modal pengalaman, ilmu pengetahuan, wawasan, dan kedisiplinan, Tavares mampu menunjukkan kelasnya di musim ini. Kini, dirinya mendapatkan ramai sorotan kamera dan panen pujian.
Di tengah kemenangan demi kemenangan, pujian demi pujian, bahkan di tengah kritikan yang minor, Tavares dengan konsisten terus mengingatkan di media sosialnya untuk terus stay humble, selalu rendah hati. Tak lupa, ucapan terima kasih kepada pemain, suporter, dan official senantiasa disampaikan setiap konferensi pers usai pertandingan hingga dituliskan di media - media sosialnya.
Membangun Tim
Kepemimpinan sebagai pelatih tak diragukan lagi. Tavares mengajarkan kedisiplinan pemain - pemainnya. Pemain yang rajin dan bekerja keras dalam latihan, akan mendapatkan kesempatan bermain. Praktik ini seperti penerapan prinsip "merit system" di dunia organisasi. Siapa yang bekerja keras dan berprestasi, dia yang akan mendapatkan kesempatan dan penghargaan bermain.
Sebagai ahli strategi dan taktik, Tavares membangun tim berdasarkan kekuatan yang dimiliki dan hasil pembacaan dengan kapasitas lawan. Strategi dan taktik diramu setelah analisa - analisa terhadap kemampuan tim dan kelebihan lawan "dikutui". Di lapangan dan sepanjang pertandingan, sosok berusia 43 tahun ini, adalah motivator ulung bagi pasukan - pasukannya.
Seperti sejalan dengan spirit "laskar pinisi", tak ada jalan pulang ketika layar sudah terkembang. "Bertarunglah sampai detik penghabisan", kira - kira begitu semangat juang (fighting spirit) yang ditanamkan Tavares kepada pemain- pemainnya.
Pembela dan Pengayom Pemain
"Majjallo'i coach, pasimbungi pelatih a". Itu yang terdengar di telinga saya ketika usai laga AFC Cup kontra Tampines Rovers dan Kuala Lumpur FC di Stadion Cheras, Kuala Lumpur. Banyak pemain PSM cedera karena kerasnya permainan lawan di lapangan. Namun, wasit minim memberikan kartu bahkan beberapa kali tidak menganggap sebagai pelanggara. Protes Tavares begitu kencang, sampai - sampai dia mendeklarasikan dirinya sebagai pelatih berlisensi UEFA yang paham peraturan dan apa yang seharusnya dilakukan wasit di lapangan. AFC pun "didondoro' " agar menggunakan VAR, mengingat ini adalah pertandingan internasional.
Apa yang penting menjadi pelajaran dari peristiwa di atas yang disaksikan langsung oleh mata kepala saya adalah Tavares bukan sekedar pelatih bagi pemain - pemainnya. Tavares adalah seorang pembela yang magetteng (teguh pendirian). Dia teguh membela hak - hak pemain dan timnya kala bertanding. Bukan hanya setelah konferensi pers setelah laga usai, namun, ketika masih di lapangan pun, kita bisa saksikan Tavares mencak - mencak ketika pemainnya dilanggar dan wasit tidak memberikan ganjaran setimpal.