Di ruang ganti dan di luar lapangan, Tavares juga seperti bapak bagi anak - anaknya. Dia sosok pengayom. Terlihat, secara simbolik dapat disaksikan setiap pergantian pemain, pemain yang keluar selalu disalami dan disapu / dipegang kepalanya dengan sepenuh dan setulus hati. Ini tanda bahwa Tavares dibalik ketegasannya, pria asal Portugal yang sebangsa dengan Cristiano Ronaldo dan Rui Costa ini, adalah seorang pengayom dengan segala sisi humanis yang dimilikinya.
Ke depan
Kini, Tavares panen pujian. Ketika selangkah lagi PSM dibawanya mengangkat piala Liga 1 Indonesia. Capaian kedua kalinya jika PSM benar - benar meraihnya musim ini selama era divisi utama hingga Liga 1. Dan, merupakan capaian ketujuh PSM, menyamai Persija, menjadi juara sejak era perserikatan tahun 1951.
Di capaian tertinggi kompetisi paling bergengsi di sepakbola Indonesia ini, Tavares layak mendapat pujian. Namun, yang terpenting adalah bagaimana pelatih, asisten pelatih, pemain, manajemen, dan penggemar sepakbola di Indonesia belajar dari sosok langka ini. Terutama untuk manajemen dan segala aspek yang ada di PSM, termasuk pemain dan suporter, belajar dari Tavares adalah hal berharga untuk perbaikan di masa mendatang.
Ke depan, semoga Tavares mampu memberikan banyak hal lagi kepada PSM. Baik gelar juara maupun kemajuan sepakbola di Makassar secara khusus dan Indonesia secara umum. Kini, PSM telah menyumbang empat pemain mudanya bagi timnas senior: Sayuri bersaudara, Ramadhan Sananta dan Dzaky Ashraf. Di timnas U-20, tiga asuhan muda Tavares mendapat panggilan: Victor Dethan, Dzaky dan Zaky. Semoga kedepan semakin bermunculan lagi talenta - talenta berbakat dari tanah Daeng: Makassar sebagai rumah sepakbola kelahiran PSM.
Warisan
Terakhir, secara manusiawi, Tavares suatu saat akan menyerahkan tampuk estafet kepada pelatih - pelatih muda maupun pelatih selanjutnya bagi PSM. Baik karena usia maupun barangkali karena satu dan lain hal. Layaknya seorang "asing" yang telah berkontribusi besar bagi PSM dan sepakbola tanah air, bukanlah bermaksud ingin cepat - cepat menutup lembaran kisah Tavares yang sekarang sedang naik - naiknya. Sebagai manusia, sepantasnya Tavares ditempatkan sebagai sosok apa adanya.
Bahwa beliau memiliki kelebihan dan sekarang bintangnya tengah bersinar, ya. Akan tetapi, di suatu hari nanti ketika bintangnya meredup, patutlah kita menempatkannya sebagai manusia biasa seperti ketika kita memujinya berlebihan dikala bersinar. Saya hanya ingin mengingatkan sedini mungkin untuk tidak jatuh pada kebiasaan buruk yang sama, dengan memuja di kala menang namun menghujat di kala malang. Sebagai manusia biasa, Tavares boleh jadi sudah mencemaskan itu. Makanya, dia tak ingin bergembira berlebihan di setiap capaian kemenangan yang dimilikinya.
Suatu hari nanti
Akhir kata, mari bersikap dewasa dalam menjalani proses dan takdir - takdir persepakbolaan kita. Termasuk ketika Tavares sedang berbuat banyak bagi prestasi PSM, dan mungkin ketika suatu hari kelak sudah berada pada masa - masa akhir di waktu pensiunnya di PSM. Sikap dewasa ini yang akan melengkapi sisi humanis kita dalam mencintai sepakbola Indonesia, termasuk PSM Makassar sebagai klub kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan.
Apapun itu, warisan Tavares layak dikenang. Pelajaran - pelajaran berharga darinya pantas untuk dicatat lalu diteladani. Mari belajar dari coach Bernardo "Tuan Guru" Tavares.