Mohon tunggu...
Nasrullah Ali Fauzi
Nasrullah Ali Fauzi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas, tinggal di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia

Koordinator Penghubung Community Learning Center (CLC) Wilayah Kota Kinabalu, Sabah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Semua karena Visa: Cerita Ringan soal Guru Indonesia di Sabah

31 Maret 2024   16:17 Diperbarui: 31 Maret 2024   16:19 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebih aneh dan mendebarkan lagi adalah ini. Pada 21 Maret 2024, di mana pada hari itu Fajiyusni sudah harus terbang ke Kuching sesuai tiket, diperoleh informasi secara online bahwa paket itu sudah pernah sampai Likas, malah nyasar sampai Kuching, Sarawak! Astaghfirullah...

Maka, pada hari itu juga, saya dan Fajiyusni bersepakat untuk membuat laporan polisi bahwa paspor yang ditunggu sudah hilang entah di mana (bukan dikirim paketan). Dan dari Balai Polis Kepayan, kami langsung ke Konsulat Jenderal RI Kota Kinabalu (KJRI KK) dengan maksud membuat paspor baru atau Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP).

Sampai siang hari itu belum ada pilihan apa pun dan keadaan serba dilematis. Yang pasti adalah ini: tiket KK-Kuching waktu itu sudah tidak mungkin bisa dipakai lagi alias hangus. Dalam pikiran kami, kalau paspor baru diterbitkan, otomatis paspor lama --yang masih misterius-- akan terbatalkan. Paspor baru pun secara peraturan tidak bisa diterbitkan oleh KJRI KK karena Fajiyusni akan habis kontrak (tidak bertugas lagi di Sabah sebagai Guru Bina).

Bagaimana kalau buat SPLP? Ini bisa dilakukan dengan konsekuensi: paspor lama tetap terbatalkan dan Fajiyusni masih harus buat paspor baru di Indonesia nanti kalau dia mau ke luar negeri lagi. Jadi tujuan utama saat itu: dia bisa keluar Sabah-Sarawak dengan SPLP walau harus buat SP lagi di JIM.

Tapi, nanti dulu. Di tengah kegalauan, Fajiyusni ternyata masih sangat berharap paspornya masih bisa didapatkan. Ini karena dia sudah punya rencana lain yang tak kalah penting, yang sebelumnya belum dia ceritakan kepada siapa pun, termasuk saya dan Suraban: dia dan istrinya sudah punya tiket dan visa umrah menggunakan paspor misteriusnya dan akan berangkat pada 25 Maret 2024. Berangkatnya dari Kuching pula!

Jadi, sejak itu, saya hanya bisa bilang begini padanya: "Di sisa bulan Ramadhan yang suci ini, mari kita bersama menantikan keajaiban dari Tuhan asal tanpa henti berikhtiar dan berdoa. Semoga Allah memberikan jalan yang terbaik. Kalau memang ada rezeki, paspormu akan tetap datang dan kamu bisa umrah...."   

Sampai akhirnya, di Sabtu pagi, 23 Maret 2024, persis di hari visanya tamat, Fajiyusni kirim whatsapp ke saya: "Pak, alhamdulillah, sepertinya kiriman sudah sampai SIKK...."

Tanpa pikir panjang, saya langsung minta dia beli tiket segera untuk terbang ke Kuching pada siang atau sore hari. Lalu saya bergegas ke sekolah untuk mengantarnya ke Bandara KK bersama Suraban. Di tengah perjalanan ke bandara, saya sempat berkoordinasi dengan Lucky Fathria Jatnika (KP CLC Wilayah Sarawak) untuk kemungkinan membantu mengawal perjalanan Fajiyusni dari Kuching sampai perbatasan Biawak-Aruk.

Menurut Lucky, karena visa Fajiyusni sudah habis pada 23 Maret 2024, sementara perbatasan Biawak-Aruk akan tutup pada pukul 16.00 waktu setampat, maka kemungkinan besar dia harus bermalam dulu di Kuching semalam dan baru berangkat ke perbatasan keesokan harinya.

Pada Ahad petang, 24 Maret 2024, tiba-tiba Fajiyusni mengirim whatsapp. "Pak Nas, alhamdulillah, saya sudah berjumpa dengan anak dan keluarga. Terima banyak, Pak Nas, dan semua KP atas bantuan yang diberikan...."

Alhamdulillah. Tugas kami sudah selesai melayani Fajiyusni. "Terima kasih juga sudah turut membantu pelayanan pendidikan bagi anak pekerja Indonesia di CLC FGV. Mohon maaf kalau ada kekurangan dan kekhilafan," jawab saya singkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun