Mohon tunggu...
Nasrul Hadi
Nasrul Hadi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Dosen

Selanjutnya

Tutup

Bola

Martunis ke Sporting Lisbon dan Buramnya Sepak Bola Indonesia

2 Juli 2015   22:45 Diperbarui: 2 Juli 2015   22:45 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Foto Martunis saat di Sporting Lisbon (sumber: http://cdn-2.tstatic.net/)"][/caption]

BANDA ACEH- Tersiarnya kabar Martunis, remaja asal Aceh anak angkat Cristiano Ronaldo bergabung di Akademi Sporting Lisbon, Portugal menjadi topik hangat persepakbolaan Indonesia dan Portugal. Setelah melalui perjalanan panjang, akhirnya Martunis secara terhormat diumumkan di acara Gala Honorary Sporting, Rabu (01/07). Acara tersebut merupakan pengenalan resmi skuad dan jersey terbaru klub.

Hal tersebut menjadi prestasi dan kebanggan bagi Martunis yang memiliki mimpi besar di dunia sepak bola. "Saya senang berada di Sporting, yang merupakan mimpi saya. Ini kesempatan yang berharga buat saya. Viva Sporting," kata Martunis, seperti dilansir laman resmi Sporting Lisbon.

Seperti diberitakan salah satu media nasional, Martunis bermimpi menjadi pesepak bola profesional, mengetahui hal itu Sportanguitas mencoba membantunya meraih mimpi tersebut dengan mengundangnya ke Portugal untuk belajar segala hal tentang sepak bola ditempat yang pernah Ronaldo menimba ilmu.

Presiden klub Sporting Lisbon, Bruno de Cravalho mengatakan Martunis akan berada di Akademi tersebut dan tetap dalam pantauan Sporting. "Kami juga akan membantunya berkembang sebagai manusia seutuhnya" kata Bruno. 

Ditengah kebanggaan pria Aceh yang menempuh studi sepak bola di Portugal. Indonesia malah memiliki cerita buram di dunia sepak bola. Kisruh yang terjadi antara Kemenpora dengan PSSI menjadi faktor awal kehancuran sepak bola Indonesia. Hal tersebut berefek kepada klub, pemain, supporter dan masyarakat Indonesia.

Arsitek Sriwijaya FC (SFC) Under 21 Rudi Wiliam Keltjes mengkritik gaya pengelolaan sepak bola di  Indonesia yang lebih menggunakan mulut daripada tindakan nyata. "Sepak bola di Indonesia terlalu banyak sepak bola mulut. Pemerintah dan PSSI mengurus sepak bola harus tahu sepak bola itu bermain di lapangan bukan pake mulut,"kritik Keltjes seperti yang diberitakan di sindonews.com

Akibat pembekuan PSSI oleh Kemenpora pada pertengahan April 2015 lalu, PSSI telah menghentikan semua kompetisi tahun ini karena dengan alasan keadaan memaksa, antara lain karena kepolisian tidak mengizinkan laga kompetisi digelar, seperti dilansir BBC News.

Efek lain yang ditimbul adalah pemain bola Indonesia ikut turnamen antar kampung atau dikenal dengan sebeutan tarkam. Diantaranya pemain Persela Lamongan. Alasannya, selagi sepak bola vakum, para pemain dikontrak dan bermain di turnamen desa. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun