Orang-orang bertanya kenapa lebih memilih mengabdi kepada negara daripada kerja di perusahaan tambang, padahal, Â secara materi kerja di perusahaan lebih menjanjikan daripada hanya menjadi seorang pengabdi negara di daerah tertinggal. Pertanyaan itu sulit untuk di jawab karena masing-masing manusia mempunyai prinsip sendiri yang sulit untuk dijelaskan. Â Namun saya akan menjelaskan sedikit saja yang mungkin bisa dijelaskan.
Pertama, saya adalah seorang anak korban Tsunami 2004 yang hidup miskin di daerah Barat-Selatan Aceh. Setelah terjadi Tsunami saya menganggap masa depan saya suram, artinya saya tidak mungkin bisa kuliah jika melihat kondisi kehidupan keluarga saya saat itu. Akan tetapi beberapa bulan kemudian pasca Tsunami saya di ajak oleh para relawan dari ormas Islam untuk belajar mengaji dan juga belajar ilmu sekolah.
Di tempat baru yaitu tempat ormas, saya belajar banyak hal sehingga muncul harapan baru untuk bersekolah. Sekitar 6 tahun saya di bina oleh ormas Hidayatullah maka saya menjadi seorang yang bisa mengaji yang dulunya belum bisa. Dan sudah mengerti dunia luar walaupun saya belum pernah pergi keluar, artinya Hidayatullah sudah banyak memberi saya kesempatan untuk mengerti dunia luar dan sekarang saya sudah menjadi seorang sarjana.
Saya mengabdi ke daerah terpencil adalah panggilan hati yang menurut saya tidak mungkin saya tolak. Karena bagi saya jika saya menolak mengabdi ke daerah terpencil saya merasa terlalu egois. Oleh karena itu, saya merasa sangat senang saat menerima panggilan dari ustad saya untuk segera mengabdi. Sebab  bagi saya kehidupan itu sangat perlu untuk berbagi. Karena dengan berbagi saya merasa hidup saya bahagia.
Kedua, saya adalah alumni bidikmisi (beasiswa masayarakat miskin). Oleh karena itu aneh bagi saya untuk tidak berbagi untuk adik-adik saya di daerah terpencil. Karena mereka yang di daerah terpencil masih minim pengetahuan jika dilihat dari kualitas dari fasilitas yang mereka peroleh. Oleh karena itu, jika saya akan pergi ke sana saya akan berusaha memaksimalkan semua kemampuan saya. Walaupun kurang fasilitas, bagi saya kesempatan belajar tidak akan berkurang asalkan kita berusaha. Bagaimana caranya?. Semua ada cara yang penting bisa mendapatkan ide-ide yang brilian. Oleh karena itu, dengan saya bergabung untuk mengabdi di daerah terpencil saya rasa id kreatif akan  timbul sendiri.
Ketiga, saya masih muda, tidak salahkan saya menghabiskan sedikit umur saya untuk membantu anak-anak yang ingin mengejar cita-cita mereka. Oleh karena itu, saya merasa saya sangat bahagia jika menjadi bagian dari jalan mereka untuk menggapai mimpi mereka. Karena bagi saya kebahagiaan orang lain juga kebahagiaan saya. Apalagi mereka menjadi orang yang sukses suatu saat nanti.
Keputusan menjadi relawan atau guru di daerah terpencil sudah menjadi keputusan bulat dan tidak lagi di ubah. Karena bagi saya sesuatu yang sudah di putuskan pantang untuk dibatalkan. Sebab resiko dari sebuah keputusan adalah sebuah pelajaran yang akan membuat saya semakin dewasa dalam menghadapi kehidupan ini.
Masalah orang-orang yang sering menyatakan bahwa saya orang bodoh karena lebih memilih mengabdi daripada menjadi pekerja  tambang, bagi saya itu hanya angin lalu yang tidak perlu dipedulikan karena bagi saya kehidupan ini bukan hanya untuk mengambil tapi juga untuk berbagi. Sebab hidup bukan masalah uang tapi masalah kebahagiaan hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H