Mohon tunggu...
Nasrul
Nasrul Mohon Tunggu... Guru - nasrul2025@gmail.com

Pengajar sains namun senang menulis tentang dunia pendidikan, bola dan politik, hobi jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kafe Gelap dan Fenomena Pacaran yang Tak Diinginkan di Meulaboh

3 Juni 2016   21:48 Diperbarui: 3 Juni 2016   22:03 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                 Gambar ilustrasi gelap (dok.pribadi)

Jatuh cinta antara dua insan manusia merupakan sifat asli dari manusia. Karena Jatuh cinta adalah sifat manusiawi yang ada dalam diri setiap manusia. Sehingga jatuh cinta adalah sifat alami dari manusia. Oleh karena itu, sudah saatnya sifat alami tidak melanggar tatanan kearifan lokal yang di anut oleh manusia itu sendiri.

Jatuh cinta antara satu manusia dengan manusia lain atau antara  perempuan dan laki-laki yang seharusnya dijalin dengan hubungan pernikahan yang sah sekarang berbalik menjadi berpacaran. Padahal, mereka  yang berpacaran sudah melanggar tatanan kehidupan manusia yang benar.

            Mereka yang pacaran beralasan ingin mengenal satu sama lain. Namun, walaupun mereka beralasan ingin mengenal lebih dalam lagi, akan tetapi perbuatan pacaran tetap tidak di benarkan dalam tatanan kearifan lokal Masyarakat Aceh khususnya Meulaboh. Karena Masyarakat Meulaboh adalah masyarakat yang melaksanakan hukum Islam.

Berpacaran menjadi fenomena pada akhir Abad ke Sembilan belas. Tahun 2000-an fenomena pacaran berlanjut dan seakan sudah menjadi hal wajib bagi remaja atau ABG yang sedang jatuh cinta untuk berpacaran. Namun, walaupun berpacaran merupakan masa indah merajut asmara akan tetapi berpacaran bertentangan dengan kearifan hukum di Aceh khususnya Meulaboh.

Mereka yang melakukan berpacaran biasanya pergi ke tempat-tempat sepi. Karena alasan mereka mencari tempat sepi  untuk bisa berbuat leluasa dan  tidak diketahui oleh banyak orang. Padahal, tempat sepi merupakan tempat berbahaya antara lelaki dan perempuan sebab rentan perbuatan maksiat.

Tempat sepi tempat yang gelap dan jauh dari jangkauan masyarakat umum. Karena jauh dari jangkauan masyarakat umum sehingga tempat sepi luput dari pantauan. Contoh tempat sepi adalah semak-semak, gedung tua. Namun seiring berjalanya waktu kafe juga tempat sepi bagi orang berpacaran. Padahal, kafe biasanya tidak sepi.

Restaurant atau kafe dalam bahasa kerennya menjadi tempat primadona bagi orang-orang yang sedang berpacaran. Karena kafe adalah salah satu tempat yang romantis untuk berpacaran. Dijadikan Kafe sebagai tempat yang romantis bagi sebagian orang bukan  tanpa sebab. Namun, karena kafe cenderung memberikan suasana yang sesuai dengan kondisi perasaan orang yang sedang berpacaran dan  biasa diiringi juga dengan lagu-lagu yang romantis.

Seiring berjalannya waktu kafe sebagai tempat yang romantis bagi dua insan manusia yang ingin menjalin asmara beralih fungsi menjadi tempat mesum atau tempat mencurigakan. Kafe menjadi tempat mesum karena kafenya gelap dan sangat sunyi. Sebab seharusnya kafe mempunyai lampu kelap-kelip yang indah tapi nyatanya berubah menjadi tempat gelap.

Kafe menjadi tempat mesum atau tempat yang mencurigakan sebab kafe tidak di pasangi lampu dan juga tidak ada alunan musis yang romantis. Karena kafe di Meulaboh  yang  notebenenya  sebagai salah satu Kota yang menerapkan Syariah Islam di Indonesia tidak mempunyai Lampu  atau gelap. Di kafe hanya di sediakan Jamboe, semacam tempat berdua yang di buat terpisah-pisah.

Jamboe yang ada tidak di pasang lampu. Sehingga siapa pun yang melihat di daerah yang di katakan kawasan kafe pasti heran karena banyak  kendaraan roda dua dan roda  empat terparkir di depan kafe tapi yang terlihat hanya pelayan kafe yang sedang bekerja. Anehnya lagi kafe menyediakan banyak jenis makanan. Pertanyaannya bagaimana orang yang di kafe makan sedangkan lampu tidak ada?. Aneh…!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun