Tahun 2011 merupakan tahun saya lulus dari sekolah menengah atas.Â
Pada saat itu, saya merupakan salah satu siswa yang tidak mengetahui mau lanjut kuliah atau tidak. Namun, dari lubuk hati yang paling dalam ingin masuk kuliah tapi yang tidak bayar alias gratis.
Sekitar bulan Desember tahun 2010, ibu guru bagian kesiswaan memanggil kami yang kelas tiga untuk menghadap ke kantor.Â
Dan di situ ibu guru memberitahu bahwa sekolah kami ada undangan masuk kuliah.Â
Oleh karena itu, siswa yang terpilih adalah siswa yang mendapat rangking 1 sampai dengan rangking 15 saja yang akan di usulkan. Sehingga saya yakin sudah pasti masuk dalam 15 besar rangking di kelas. Sebab saya dari kelas 2 dan semester 1 kelas 3 SMA selalu mendapat rangking satu, ternyata nlai yang di ambil adalah nilai tiga semester yaitu semester 1 dan 2 kelas 2 SMA dan semester 1 saat kelas 3.
Alhamdulillah karena saya rangking satu, guru saya ini sangat berharap saya wajib memilih salah satu kampus yang ada di Aceh dan luar Aceh. Sebab begitu aturannya. Karena di kampung saya di Meulaboh saat itu belum ada kampus negeri, maka saya mau tidak mau memilih kampus yang ada di ibu kota provinsi yaitu Banda Aceh dan luar provinsi Aceh.
Kata ibu guru, saya harus memberitahu kepada orangtua dan kalau bisa suruh orangtua ke sekolah supaya akan dijelaskan oleh pihak sekolah kepada orangtua siswa sedetil mungkin.Â
Saya yang sangat semangat segera memberitahu kepada orangtua, tapi saya hanya berani kepada ibu saya saja. Saya kasih tahu kepada ibu kalau saya mau kuliah tapi kuliahnya di luar kota Meulaboh.
Ibu saya bilang boleh dan bertanya bagaimana cara daftarnya. Saya jelaskanlah sebagaimana ibu guru jelaskan kepada saya.Â
Akhirnya ibu saya memberi pandangan bahwa saya boleh kuliah dan pilih jurusan pendidikan. Saya pun meyakinkan ibu yang mana saya selalu bilang kalau saya siap banting tulang cari uang jika kuliah tidak gratis. Bahasa sederhananya ibu tidak usah khawatir masalah saya di rantau orang nanti.