Sebenarnya saya pernah bilang mau kuliah di kedokteran. Namun, ibu saya segera menyela bahwa kuliah di kedokteran mahal sekali sedangkan keluarga kita hanya orang hidup sederhana. Saya pun mengerti. Kenapa saya tidak diskusi dengan ayah?
Karena Ayah sangat berharap kepada saya untuk menjadi seorang sarjana bisnis, kata ayah supaya saya cepat kaya seperti saudaranya yang menjadi kaya sebab menjadi dosen di jurusan ekonomi.
Setelah mendapat izin dari orangtua, saya langsung melapor sama ibu guru bagian kesiswaan di sekolah bahwa saya diizinkan mendaftar untuk masuk perguruan tinggi negeri.Â
Akhirnya pihak operator sekolah segera meminta kepada saya untuk segera memberikan sertifikat. Karena memang saya siswa yang aktif terutama di bela diri karate. Sertifikat saya termasuk sertifikat yang banyak untuk level anak SMA saat itu.
Karena kurang literasi sehingga saya salah memilih jurusan. Seharusnya saya memilih pendidikan fisika di Fakultas Keguruan dan Pendidikan, tapi saya malah memilih jurusan fisika yang terletak di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Saya salah pilih karena saya tidak mengetahui jika jurusan yang namanya fisika itu ada dua yaitu di keguruan dan di sains.Â
Setelah salah memilih, jurusan saya segera menemui alumni FMIPA yang kebetulan guru matematika saya.Â
Dari beliau, baru saya merinding sebab beliau menjelaskan dengan sangat detil keadaan kuliah di FMIPA sangat sulit  dan tugas dari dosen sangat banyak. Saya yang hanya seorang siswa SMA yang masih polos hanya pasrah dan lemas.
Dengan banyak pertimbangan di dalam pikiran, akhirnya saya bertemu dengan ibu guru bagian kesiswaan.Â
Dari beliau, ia selalu memotivasi saya untuk kuliah, yang intinya kamu harus kuliah di kampus yang kamu lulus karena kamu yang pertama lulus di jalur undangan selama ini. Karena sebelumnya sekolah kita dapat penalti yang mana siswanya lulus tapi tidak mau masuk kampus yang didaftar.