Mohon tunggu...
Nasrul
Nasrul Mohon Tunggu... Guru - nasrul2025@gmail.com

Pengajar sains namun senang menulis tentang dunia pendidikan, bola dan politik, hobi jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kegelisahan yang Membuatku Pergi

30 November 2020   21:22 Diperbarui: 30 November 2020   21:35 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pantai barat selatan Aceh (dok.pribadi)

Tapi namanya nasib belum berpihak kepadaku, aku dinyatakan tidak  lulus oleh pihak penerima beasiswa. Aku terpukul dengan pengumuman tersebut sebab sesuai sekali dengan harapan ibuku supaya aku tidak melanjutkan S2 ke luar negeri.

Karena aku masih labil dan mau menang sendiri sehingga aku memutuskan menjadi guru honorer di tempat guru yang menelepon aku, yang tempatnya jauh sekali dari rumah.

Ibu hanya diam saja saat aku pamit pergi, beliau bilang jaga diri baik baik di sana. Walaupun aku jauh, ibu tetap memberi aku restu.

 Aku  bersyukur sejak menjadi guru honorer dan memang gajinya sedikit, aku bisa menikah dan bisa hidup sederhana. Walaupun gaji kecil tapi aku merasa bahagia saja, namun. Sejak diriku menjadi kepala sekolah hidupku tidak tenang dan  tidak bisa tidur nyenyak memikirkan sekolah.

Walaupun gajinya jauh jika dibandingkan bekerja di perusahaan, setidaknya aku sudah menyelesaikan nazar aku saat SMA dulu, yang mana aku sempat bernazar bahwa jika lulus S1 nanti, aku akan berusaha menjadi relawan untuk orang orang miskin dan berusaha menjadi yang terbaik mengajari anak bangsa.

Pernah juga dosen pembimbing aku menasehati untuk bisa berbagi ilmu dengan menjadi guru di Indonesia mengajar. Namun, aku tidak lulus seleksi oleh karena itu aku berpikir jika aku hanya mengajar jadi guru honorer tidak masalah asalkan mengajarnya penuh dengan keikhlasan.

Sempat  diremehkan oleh teman teman guru sebelum aku mengajar, mereka mengatakan bahwa mengajar membutuhkan keberanian dan tidak takut saat berdiri didepan siswa.

Semua anggapan remeh mereka aku patahkan dengan prestasi anak didikku, yang mana anak didikku secara mengejutkan mendapatkan juara 1 mata pelajaran IPA tingkat kabupaten dan berhak lomba di provinsi.

Sebenarnya aku merasa biasa saja namun ternyata dengan dapat juara anak didikku bisa memberi efek kejut kepada yang pernah meremehkan kemampuanku.  Sejak saat itu para guru tidak berkutik dengan kemampuan ku, bukan berarti aku sombong namun memang karma itu kejam.

Sekarang selain aku masih mengajar, aku juga ada tugas tambahan menjadi kepala sekolah. Masalahnya menjadi kepala sekolah tidak seindah dengan kata kata atau pujian orang.

Karena seorang kepala sekolah harus mampu mengatur semua kepentingan guru dan sisanya. Sehingga jabatan kepala sekolah membuat aku tidak senang dan mulai gelisah untuk segera pulang kampung. Sebab selain tugas aku sudah selesai selama empat tahun, aku juga tidak senang menjadi kepala sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun