Tari saman merupakan tarian yang berasal dari dataran tinggi gayo, biasanya tarian ini dimainkan 11 orang pemain atau penarinya ganjil. Jika semakin pemain maka semakin seru. Penari tari saman memakai baju bercorak hitam merah,putih sesuai dengan suku gayo.
Tarian saman mendapatkan pengakuan UNESCO dari  lembaga kebudayaan perserikatan bangsa bangsa (PBB), bukan tanpa perjuangan namun melalui proses panjang dari perwakilan seni dan budaya Indonesia.
Tercatatnya tari saman sebagai warisan budaya di UNESCO tidak serta merta  tarian saman populer di kalangan anak muda yang tinggal di daerah penduduk yang bersuku gayo seperti di Gayo Lues, Aceh Tenggara, Aceh Tengah dan Bener Meriah.
Saat mendapatkan pengakuan dunia internasional tari saman sempat membooming, dan sempat ada tarian saman seribu penari di Gayo Lues. Namun sayang beberapa saat setelah even daerah tersebut, tari saman seakan ditelan bumi alias tidak ada lagi  yang tampil alias tidak even lagi. Apalagi setelah dunia ada pandemi virus corona.
Dengan maraknya permainan game online, maka membuat tari tradisonal seperti tari saman menjadi tidak popular lagi di kalangan anak muda. Hal ini dapat dilihat langsung bahwa banyak anak muda yang nongkrong di warung kopi hanya untuk main mobile legends.
Ada  pepatah Aceh yang terkenal "mate aneuk mupat jeurat, gadoh adat pat tamita",(Pepatah Aceh), artinya mati anak tahu kuburan, hilang ada dimana kita cari. Makna pepatah Aceh tersebut sangat dalam, yang mana menjelaskan tentang perlunya menjaga adat yang sudah ada sebab jika tidak dijaga dan sudah menghilang maka sulit lagi mencari adat tersebut.
Seharusnya tanggung jawab pemangku adat untuk bisa menjadikan tari saman kembali populer sama pemuda Aceh khusus suku Gayo. Karena jangan sampai tari saman hanya menjadi suatu tarian yang diakui dunia namun ternyata anak muda gayo tidak bisa memainkannya.
Selain peran pemangku adat, pemerintah Aceh bisa juga membantu dengan menjadikan pelatih tari saman sebagai pegawai kontrak provinsi, supaya pelatih tidak ada kesulitan ekonomi saat melatih tari saman.
Tanpa perhatian banyak pihak maka tari saman hanya diakui saja oleh UNESCO dan tidak ada rasa kepedulian dari pemerintah maka akibatnya bisa jadi tari punah dengan sendirinya.
Ada pertanyaan apa masih ada yang sanggup melatih tari saman?