Mohon tunggu...
Nasruddin Leu Ata
Nasruddin Leu Ata Mohon Tunggu... Lainnya - Pengangguran Berbakat

Menulis apa saja yang jauh lebih matang dari kesepian

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Wisata Masa Lalu Pasar Kebon Empring

19 Agustus 2024   17:11 Diperbarui: 19 Agustus 2024   17:22 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi suasana pagi hari di Pasar Kebon Empring (Doc. Koleksi Pribadi)

Aroma tanah yang sedikit basah, bekas derasnya airmata langit yang menangis beberapa malam lalu, tercium begitu khas kala kami memasuki gerbang Kebon Empring siang itu. Jejeran pohon bambu di sisi kanan kiri jalan menambah teduhnya suasan hati pengunjung, lagipula di bawa sini hanya ada udara segar yang tak terganggu asap kendaraan.

Menapaki kaki ditempat ini seakan seperti mesin waktu yang mengantarku kembali pada masa lalu dengan semua ciri dan corak di zamannya. Ditempat ini ada puluhan gubuk tertata rapi menjajakan aneka masakan dan minuman; ada sate padang, nasi rendang, lotek, gado-gado, aneka bubur, jajanan pasar, bakso, soto, cilok, sate kere, serabi kucur, es tebu, es dawet, aneka gorengan dan masih banyak lainnya. Dan harganya pun tak menguras kantong, mulai Rp 500 pun ada.

Wajar jika Jogja terbuat dari rindu, ia pandai suguhkan sesuatu yang berbeda pada setiap sudut kotanya. Kali ini di Bintaran Wetan,Srimulyo, Piyungan, Bantul. Di pinggir Kali Gawe sepanjang 500 meter ini orang-orang menyebutnya Pasar Kebon Empring. 

Di sini, di sepanjang pingiran kali terhampar tikar memanjang penuh orang yang asyik bersantap ria. Terdengar canda dan gurauan dari mereka. Di beberapa sudut disediakan pula kursi-kursi bambu atau rotan sebagai pelengkap untuk duduk para pengunjung. Celoteh anak-anak bersahutan dari segala penjuru, menghiasi suasana hari libur kala itu. Mereka seru bermain eggrang, ayunan dan lomba bakiak. 

Ini adalah pemandangan yang terlihat di Pasar Kebon Empring. Siapa sangka lahan yang awalnya tak terurus, hanya menjadi tempat pembuangan sampah dan kebon berisi bambu-bambu itu, kini menjadi salah satu obyek wisata baru, wisata kuliner sekaligus wisata air. Meski namanya Pasar Kebon Empring, namun untuk transaksi di tempat ini langsung menggunakan mata uang asli.

Pasar Kebon Empring (Instagram/@pasarkebonempring)
Pasar Kebon Empring (Instagram/@pasarkebonempring)

Sudah lebih dari delapan kali pergantian siklus musim saya di Jogja, akhirnya bisa berkunjung di tempat seteduh dan senyaman ini juga. Kamu yang lebih sering menyepi; lebih gemar memikirkan hal-hal yang sekiranya bagus untuk sarapan otak, tempat ini cukup bagus. Menyaksikan tanaman yang sedang berfotosintesis, misalnya, atau sekedar melakukan praktisi pemulihan batin, mengistirahatkan raga dari ketergesehaan hidup yang serba cepat sekarang.

Saya memang tak cukup pandai perkara promosi, tapi sekali dalam hidup mu tempat ini akan jadi Rekomendasi Pasar Tradisional yang patut di kunjungi.  Menurutku itu cukup baik dari pada sibuk membebani otak dengan tugas-tugas yang tak jarang membuat hari kita berubah kelabu. 

Maksudnya, penderitaan tidak akan berhenti walau kita ingin terus hidup bahagia. So, mari membuat kenangan baik, sebanyak-banyaknya. Kunjungi tempat-tempat baik, sendiri atau pun bersama orang-orang yang menurutmu memiliki peran baik. Lagipula di waktu jalan kita hanya menjadi ingatan yang berbeda bagi beberapa orang atau justru tak menjadi apa-apa untuk sebagian lainnya. Jangan biarkan dewasa membuatmu untuk tidak ke mana-mana. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun