Mohon tunggu...
Nasriati Chalilah
Nasriati Chalilah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Tertarik pada cinta tanpa jeda, senja dengan jingga dan hujan yang basah-\r\nSaat ini di Medan. Dari Utara Pulau Sumatera, Aceh.\r\nSaleum Geunaseh :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimpi Anak Negeri

17 Oktober 2011   04:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:52 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Disetiap selesai sujud,ku tak pernah melupakan tuk selalu berkeluh kesah pada Zat yang Maha Mengetahui. Zat yang maha Mengetahui mimpi ku selama ini. Hanya kepada-Nya semuanya ku curahkan. Kadng dengan air mata,tertawa dan bahkan dengan keluhan tentang mimpi-mimpiku, hanya Dia yang mampu atas semua makhluk-Nya. Apalagi ketika subuh,aku tak pernah tidur lagi,karena aku selalu menunggu keajaiban dan rezeki yang ditaburkan Allah disetiap harinya antara subuh sampai terbitnya Matahari.

Aku selalu ingin bermimpi . Setiap subuh selalu ada mimpi tentang impian baru yang ku buat..Mimpi….ya Mimpi. Apakah pantas seorang anak nelayan sepertiku ini bermimpi??.Jawabannya aku tidak tahu. Hanya saja aku terlalu lelah setiap kali mendengar ejekan-ejekan orang-orang disekitarku yang kadangkala menyesakkan telingaku. “Aku seperti punguk merindukan bulan” begitulah pengibaratan yang mereka labelkan kepadaku. Seorang anak perempuan sepertiku ini tak pantas bermimpi untuk melanjutkan pendidikanku diluar kampungku yang penuh sesak oleh kebodohan dan penyakitan. Aku tak boleh bermimpi menjadi seorang Jurnalis seperti yang ku inginkan, karena aku hanya seorang anak Perempuan kampung yanghanya pantas untuk “di pesantrenkan”. Aku ingin sekali memberontak atas apa yang terjadi pada diriku. Tapi apakah ada suara ini tuk berteriak? Subuh ini memang sangat berbeda dengan subuh-subuh yang lalu, karena subuh ini adalah subuh yang menentukan titik yang paling penting dalam kelanjutan pendidikanku. Karena subuh ini adalah genap sepuluh hari setelah aku dinyatakan LULUS oleh Sekolah ku. Seharusnya aku telah membuat rencana dimana aku akan kuliah nanti. Tetapi karena keterbatasan segalanya,aku hanya bisa menceritakan mimpi-mimpiku lewat tulisan dibuku diaryku dan merenung ditepian pantai sambil menikmati dinginnya udara dilaut ini.

“Na…tak usah terlalu bersedih. Hidup ini harus dilanjutkan. Mimpi harus diperjuangkan sampai kita benar-benar mampu meraihnya agar mimpi bukan hanya sekedar mimpi!” suara itu membuatku terkejut. Aku menoleh kebelakang sosok bijak yang telah memberikan kata-kata yang begitu luarbiasa karena mampu membuatku tersenyum meskipun hatiku masih dihinggapi ragu yang tak menentu.

“ Ayah…kenapa ayah ada disini? Nina tidak bersedih, Nina hanya sedang merenungi nasib Nina yah. Nina sangat takut akan masa depan Nina. Nina tidak ingin menjadi orang-orang yang tidak mempunyai ilmu dan nanti pasti akan direndahkan oleh oranglain yah!” aku menangis mengungkap isi hatiku pada ayahku.

“ Sejak kapan anak seorang nelayan mengeluh? Anak nelayan tidak boleh mengeluh dalam semua cerita hidupnya. Hidup ditepian pantai membentuk kepribadian anak nelayan yang bermental kuat dan pekerja keras. Ayah selalu mengajarkan mu untuk selalu mencintai segala sesuatu yang terjadi dalam hidupmu nak. jika mimpi-mimpimu adalah sesuatu yang layak diperjuangkan,maka perjuangkanlah! Ayah juga sangat ingin melihat kamu sukses tetapi sukses dalam arti yang luas nak.” seperti biasa ayah selalu memberi petuah panjang lebar untukku dengan semangat yang berapi-api.

Begitulah…dari ayah aku belajar tentang semangat hidup yang mampu mematahkan semua yang tak mungkin menjadi mungkin. Dari ayah, aku belajar kokohnya sebuah niat yang tak mungkin retak atau patah.

“Anak perempuan Ayah,lihat lah masa depan itu dengan optimis dan yakinlah bahwa malaikat selalu mengamini doa-doa orang-orang yang ingin menuntut ilmu serta Allah juga akan mengangkat derajat orang yang berilmu dan beriman. Nina, kamu salah satu anak diantara sekian banyak anak negeri ini yang mempunyai mimpi. Jadi jangan berputus asa dan selalu berusaha ya nak?” ayah memberiku semangat.

Setelah kepergian ibu, ayah menjadi multifungsi bagiku. Ayah adalah tumpuan semua hidupku. Dan ayah adalah sosok yang selalu menghargai semuanya keinginan positifku. Ayah selalu mengaliri energy positifnya dalam diriku.

“Nina.. kamu tidak apa-apakan nak? sebentar lagi ayah mau menangguk udang dan kamu kesekolah hari ini kan?

“Iya..yah. Nina hari ini mau mengambil SKHU yah. Semoga nilainya bagus ya yah?”

“iya nak.. amiin.”

Kami beranjak pergi menuju arah yang berlawanan. Ayah menujukehamparan laut luas dimana letak mimpinya tuk menangguk udang sedangkan aku menuju jalan pulang menuju rumah dimana mimpi-mimpiku menumpuk disana.

“Ya…aku adalah anak negeri yang mempunyai mimpi menjadi menjadi lebih baik. Apapun akan aku lakukan demi terwujudnya mimpiku itu. Aku tak akan berputus asa dan terus berusaha, kelak aku pasti bisa meraih mimpiku menjadi seorang Wartawan! Ya..Wartawan!” aku tersenyum menyemangati diriku dalam hati.

“Nina.. selamat ya? Kamu juara umum nilai tertinggi UN sekolah kita dan Kedua se-kabupaten lhoo…Waw.,Selamat ya?” Sahabatku memeluk erat tubuhku yang kaku antara ragu dan gembira.

“Apaaaa?? Kamu nggak bercanda kan Maya?” aku meminta kejelasan kata-katanya.

“Iya…aku tidak bercanda. Nah,sekarang kamu disuruh ke kantor kepsek tuh..ayoo…kita pergi,siapa tahu ada keajaiban ya nggak?he..he…he”

“Alhamdulillah..terimakasih ya Rabb..Engkau selalu mendengar do’a-do’a hamba. Alhamdulillah ya Allah..Alhamdulillah ya Allah…!” aku terus berhamdalah didalam hati.

Aku duduk dengan maya dihadapan kepala sekolah. Hatiku dag-dig-dug menunggu kepala sekolah menyampaikan sesuatu.

“Nina Alviana…Selamat ya? Kamu menjadi juara Umum nilai Ujian Akhir Nasional se –SMA kita.Kamu juga menjadi juara kedua tertinggi se-kabupaten! Kamu hebat Nina!”

“Alhamdulillah…Iya Pak,terima kasih. Ini semua juga berkat bapak dan guru-guru disini yang telah membimbing Nina,Pak!”

Waktu terus berjalan diruang kepala sekolah, hatiku mulai tak menentu. Sifat mengeluhku kembali kumat.Untuk apa Nilai-nilai tertinggi tersebut jika ku tak mampu untuk kuliah lebih lanjut? Untuk apa?? Aku tidak memerlukan nilai-nilai itu.. tapi aku memerlukan sesuatu yang pasti yaitu…..

“Nina, kamu tidak perlu sedih. Kamu juga mendapat hadiah atas prestasimu itu nak!” kepsek memberi kejutan padaku seolah mampu membaca pikiranku.

“Hadiah apa Pak?”Tanyaku penasaran.

“Kamu mendapat Beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selamat ya Nina.Nanti administrasinya tolong kamu urus dibagian Tata Usaha,InsyaAllah kamu pasti akan sukses Nak! yang terpenting kamu teruslah belajar dengan giat dan berdo’a pada Allah jangan lupa ya?”

“Allahu Akbar..Alhamdulillah ya Allah.. Alhamdulillah..betulkah itu pak? Nina gak menyangka hadiah dariAllah yang begitu Luar biasa.InsyaAllah pak..Terima kasih pak..Terima kasih pak!” aku meneteskan airmataku. Ku tak mampu membendung semua rasa yang menghimpit jiwaku. Aku terlalu bahagia mendengar hadiah yang diberikan oleh-Nya. Ku ucapkan terimakasih banyak pada pihak sekolah dan kepada-Nya.

Jangan berputus asa dan selalu berdo’a adalah prinsip ayah yang ditanamkan pada diriku. Dan sekarang ku rasakan begitu banyak mamfaat dari itu semuanya.

Mimpi-mimpi yang selalu ku rajut dalam setiap doa dan pengharapanku. Dalam setiap lembaran diary-diary kumalku yang menceritakan tentang mimpi-mimpiku. Deburan ombak yang selalu mendengar teriakanku dan pasir-pasir dipantai menjadi saksi atas mimpiku. Mimpi anak negeri..Mimpi salah satu anak perempuan kampung yang tertinggal ini. Mimpi ingin menjadi wartawan sedangkan banyak orang kampung yang beranggapan bahwa anak perempuan cocok untuk dipesantrenkan saja

Kini…aku bisa merasakan semuanya. Selalu belajar dalam setiap Proses yang ku jalani yang mampu membentuk kepribadianku.Allah selalu ada dan tak pernah tidur mengamati makhluk-Nya.Allah selalu memberikan hadiah terindah dalam hidup seseorang pemimpi yang mempunyai semangat yang tak boleh kendur,langkah yang tak boleh mundur serta hati yang selalu bersyukur. Mimpi anak negeri kan selalu dikabul oleh-Nya karena Hanya-Nya yang menggenggam semua persendian mimpi-mimpi anak Negeriini.

Alhamdulillah ya Rabb….

*******

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun