Siang yang panas membuat tubuh ku kegerahan di dalam kelas yang mirip pasar ikan ini. Suara cempreng kiri-kanan membuat darah ku naik ke ubun-ubun. Siapa yang tidak marah jika sahabat nya di ejek oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab dengan mulutnya? Mengejek sahabat ku seenak buka mulut saja : anak miskin lah, anak sok pintar lah dan anak caper ma guru. Jika mendengar kata-kata itu langsung saja aku labrak orang-orang sirik itu menurutku.
Herannya nia, sahabat ku itu tak pernah mengacuhkan semua bisik-bisik tetangga itu. Dia hanya diam mendengar hal-hal pahit itu. Aku saja yang tak pernah di ejek merasa panas mendengar ocehan nggak sedap itu. Memang sangat berbeda aku dengan sobatku yang tidak senyum dan tidak marah. Begitu aneh menurut ku.!!
Setiap kali ku tanyakan mengapa dia tak pernah mengambil tindakan biar teman-teman sekelas ku tutup mulut tentang nya. Dia hanya membalas tatapan sayu nya kepada ku dan mulai bertanya ”untuk apa berkomentar?, untuk apa marah? ”. Itulah jawaban sekalian pertanyaan yang di ucapkan. Sehingga aku sendiri bosan untuk bertanya lebih lanjut kepadanya dan memutuskan untuk diam.Begitulah selalu setiap hari yang ku jalani bersama sahabat ku itu, sahabat yang aneh dan membingungkan.
” Aku bukan perempuan yang lemah..!!” ucapnya di saat kami sedang duduk berdua di kantin sambil menatatapku dengan matanya yang sayu, tatapan khas nya.
” Ehm... aku juga gak pernah bilang kamu lemah.!!” balasku sewot
Memang beberapa hari terakhir ini aku cepat sewot padanya. Mungkin karena sikapnya yang acuh tak acuh pada isu-isu yang di sebarkan oleh Bigos alias biang gosip.
” Ehm..!” katanya singkat
” Kenapa?? ” tanya ku
” Ga ada apa-apa !” balasnya
” Ya udah..!” balas ku juga dengan tersenyum walau di benak ku sudah ada seribu tanda tanya.
Akhirnya kami sama-sama diam. Aku putuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut karena ku tak ingin mendengar jawaban sekalian pertanyaan kembali yang akan dilontarkan : untuk apa berkomentar?, untuk apa marah?. Mungkin dia pun begitu/ untuk apa bercerita dengan teman yang tidak mengerti dan tidak kan pernah memberi solusi kepadanya.
Begitupun keesokkan harinya. Dia tetap mengatakan bahwa dia bukan perempuan lemah. Akhirnya aku tanggapi perkataan nya karena aku mulai tertarik dengan kata-kata yang tidak biasanya dia ulang sampai beberapa kali.
” Ada apa? Apakah kamu ada masalah ? tumben berkata banyak begitu..!!” ucapku seraya menepuk – nepuk pundaknya.
” Tia, aku bukan perempuan lemah kan? Aku perempuan yang kuat kan?” tanya nya pada ku dengan tatapan khas nya. Ku coba pandangi wajah nya dan menarik kesimpuln pasti ada sesuatu yang membuat dia berkata demikian.
”Ada apa sebenarnya nia? Tolong ceritakan? Aku ga ngerti...please..please..!!” mohon ku padanya.
” hempt.... tadi ada beberapa teman kita yang bilang untuk aku perempuan lemah, perempuan yang mau ditindas oleh orang-orang seenak nya saja. Tapi tia, tolong yakin kan padaku bahwa aku bukan perempuan lemah . betulkan aku bukan perempuan lemah, tia? Tanya nya pada ku dengan wajah datar.Aku kembali menepuk pundaknya.
” kamu perempuan kuat,kawan! Perempuan yang ga pernah mengeluh dan begitu cuek pada pada orang-orang yang mengatakan kamu ini itu..!! kamu perempuan kuat..!!! aku salut Ni !!” Aku mencoba menenangkan gemuruh yang ada di hatinya.
” Iya, hari ini akan ku jelaskan semuanya pada mu sobat. Mengapa aku tidak pernah marah marah dan berkomentar tentang ejekan untuk diri ku ini? Jawabannya : karena aku bukan orang lemah maupun bodoh..!!” jelasnya seraya menghela nafas.
Ku cerna sedikit demi sedikit apa yang telah di ucapkan tadi yang masih ku bingungkan.
”Ehm... aku minta maaf jika kamu marah atas sikap ku yang cuek ini.aku hanya ingin ku ga pernah terjebak dengan emosi yang ga menentu yang akhirnya berakibat fatal. Aku bisa pahami mengapa akhir-akhir ini kamu diam padaku, aku tahu bahwa kamu bosan dengan jawaban serta pertanyaan balik dari ku. Tia... kamu tahu kan? Bahwa orang bodoh selalu mengikuti emosi dan orang lemah selalu mengeluh dan berkomentar yang tidak ada gunanya kan?” sambung nya padaku
Aku hanya diam. Ku pahami untaian kata-katanya . Ku renungi setiap kata-katanya yang begitu bijaksana dan sifatnya yang cuek penuh kedewasaan. Dalam hati ku akui apa yang dikatakannya adalah benar!.
” Kenapa? Kok melamun?” tanya nya padaku
” Ooo... gaapa-apa kok, oa ni, siapa yang mengejek kamu?” tanya ku
”Itu tidak perlu sobat, yang perlu kita harus buktiin bahwa kita bukan perempuan lemah tetapi kita adalah perempuan yang kuat dan tegar. Diam bukan berarti mengalah ..!!” lontarnya mengebu-ngebu.
Aku diam seribu bahasa. Ku pandangi wajah nya yang sayu padaku. Wajah yang tak pernah marah dan bukan berarti kalah. Ku anggukan kepala ku bahwa aku setuju dengan pendapatnya. Lalu ku pancangkan dalam hati ku bahwa : Nia, bukan perempuan yang lemah seperti yang sering di ejek oleh teman-teman di kelas ku. Dia hebat, dia kuat..!!! selanjutnya ku katakan padanya dengan perasaan yang sangat terharu
” Kau bukan perempuan lemah , sobatku!”
Mata ku mulai berkaca-kaca karena ku tak bisa bendungkan perasaan bangga dan kagum ku padanya. Dia hanya membalas dengan tatapan yang tidak senyum, tidak marah dan bukan berarti kalah...
******
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H