Kata "Echad" dan "Yachid" dalam Hubungan dengan Allah Tritunggal
Kitab Ulangan menggarisbawahi bahwa "... TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu Esa!" (Ulangan 6:4). Â Teks Ibrani, "Elohenu Yehwah echad" menjelaskan tentang signifikansi dari kata "echad" itu sendiri kepada umat Allah, bangsa Israel yaitu bahwa Allah yang disembah adalah Allah yang Esa.Â
Menurut catatan BibleWorks, kata "echad" digunakan dalam beberapa pengertian: satu, sama, tunggal, masing-masing, sekali ketika. Â Kata ini lebih diartikan sebagai gabungan kesatuan atau satu kesatuan. Â
Konsep ini tidak hanya menjelaskan tentang keunikan dari Allah yang diimani oleh umat Kristen tetapi juga kesatuan dari Allah yaitu kesatuan dari penyatuan. Â Dalam kata "echad" mengandung dua unsur atau lebih -- yang disatukan. Â
Kata lain yang sering dicampuradukkan adalah kata "yachid" sebagaimana digunakan dalam beberapa ayat Alkitab seperti peristiwa penyembelihan anak Abraham yang satu-satunya kepada Allah sebagaimana dikisahkan dalam Kejadian 22:2. Â
Kata yang digunakan dalam ayat ini bukan "echad" tetapi "yachid" yang mengandung pengertian satu-satunya anak yang dipersembahkan atau disembelih. Kata ini tidak mengandung pengertian 'esa' seperti yang terdapat pada kata "echad" yang merujuk pada Allah Tritunggal.
Sikap Terhadap Ajaran atau Pengajaran Allah Tritunggal
\Ajaran tentang Allah Tritunggal adalah ajaran Alkitab. Hal ini hanya dimengerti apabila meyakini bahwa segala kebenaran Tritunggal berasal dari Sang Pencipta langit dan bumi serta segala isinya sebagaimana disaksikan oleh Alkitab itu sendiri. Â
Tentu saja, dalam artikel ini tidak mungkin memberikan penjelasan yang komprehensif tentang Allah Tritunggal namun mengajak pembaca untuk menyikapinya dengan hikmat Allah. Karena itu, saya setuju dengan sikap yang dikemukakan oleh Stephen Tong tatkala mempelajari doktrin Allah Tritunggal, yaitu:Â
Pertama, Allah Tritunggal adalah Allah yang besar, Allah yang terbesar, yang tidak terbatas, maka wajar jika kita menemukan kesulitan besar di dalam mempejalarinya.Â
Kedua, pada saat mempelajari doktrin/ajaran Tritunggal, kita bukan hanya menyelidiki konklusi dogma yang sudah didiskusikan selama berabad-abad, melainkan juga kita sedang belajar dari Dia yang tetap mengawasi dan memimpin hidup kita menuju kesempurnaan. Dengan kesadaran ini, kita semakin rendah hati untuk dibentuk oleh Tuhan sesuai dengan tujuan agung-Nya.Â