Mohon tunggu...
Nasokhili Giawa
Nasokhili Giawa Mohon Tunggu... -

Dosen STT Jaffray Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Doktrin Allah Tritunggal: Sebuah Kepastian Supra-Rasional

28 Januari 2019   22:25 Diperbarui: 7 Juli 2021   18:00 1335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doktrin Allah Tritunggal (unsplash/james coleman)

Kata "Echad" dan "Yachid" dalam Hubungan dengan Allah Tritunggal

Kitab Ulangan menggarisbawahi bahwa "... TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu Esa!" (Ulangan 6:4).  Teks Ibrani, "Elohenu Yehwah echad" menjelaskan tentang signifikansi dari kata "echad" itu sendiri kepada umat Allah, bangsa Israel yaitu bahwa Allah yang disembah adalah Allah yang Esa. 

Menurut catatan BibleWorks, kata "echad" digunakan dalam beberapa pengertian: satu, sama, tunggal, masing-masing, sekali ketika.  Kata ini lebih diartikan sebagai gabungan kesatuan atau satu kesatuan.  

Konsep ini tidak hanya menjelaskan tentang keunikan dari Allah yang diimani oleh umat Kristen tetapi juga kesatuan dari Allah yaitu kesatuan dari penyatuan.  Dalam kata "echad" mengandung dua unsur atau lebih -- yang disatukan.  

Kata lain yang sering dicampuradukkan adalah kata "yachid" sebagaimana digunakan dalam beberapa ayat Alkitab seperti peristiwa penyembelihan anak Abraham yang satu-satunya kepada Allah sebagaimana dikisahkan dalam Kejadian 22:2.  

Kata yang digunakan dalam ayat ini bukan "echad" tetapi "yachid" yang mengandung pengertian satu-satunya anak yang dipersembahkan atau disembelih. Kata ini tidak mengandung pengertian 'esa' seperti yang terdapat pada kata "echad" yang merujuk pada Allah Tritunggal.

Sikap Terhadap Ajaran atau Pengajaran Allah Tritunggal

\Ajaran tentang Allah Tritunggal adalah ajaran Alkitab. Hal ini hanya dimengerti apabila meyakini bahwa segala kebenaran Tritunggal berasal dari Sang Pencipta langit dan bumi serta segala isinya sebagaimana disaksikan oleh Alkitab itu sendiri.  

Tentu saja, dalam artikel ini tidak mungkin memberikan penjelasan yang komprehensif tentang Allah Tritunggal namun mengajak pembaca untuk menyikapinya dengan hikmat Allah. Karena itu, saya setuju dengan sikap yang dikemukakan oleh Stephen Tong tatkala mempelajari doktrin Allah Tritunggal, yaitu: 

Pertama, Allah Tritunggal adalah Allah yang besar, Allah yang terbesar, yang tidak terbatas, maka wajar jika kita menemukan kesulitan besar di dalam mempejalarinya. 

Kedua, pada saat mempelajari doktrin/ajaran Tritunggal, kita bukan hanya menyelidiki konklusi dogma yang sudah didiskusikan selama berabad-abad, melainkan juga kita sedang belajar dari Dia yang tetap mengawasi dan memimpin hidup kita menuju kesempurnaan. Dengan kesadaran ini, kita semakin rendah hati untuk dibentuk oleh Tuhan sesuai dengan tujuan agung-Nya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun