Untuk memahami ajaran ini memerlukan sikap kehati-hatian karena dapat menimbulkan ajaran dan pengajaran yang keliru dan cenderung menyesatkan.Â
Adanya pemahaman parsial, dapat melahirkan keyakinan beragam yaitu percaya pada tiga Allah (politeisme) seperti yang diajarkan oleh John Ascunages; atau Allah yang satu menggunakan tiga wajah dalam tubuh yang satu seperti yang diajarkan oleh sebelianisme atau modalisme; atau henoteisme yaitu kepercayaan politeis yang hanya percaya pada satu yang tertinggi seperti tergambar dalam ajaran arianisme. Â
Dalam perspektif Alkitab atau iman Kristen, ketiga pandangan ini adalah keliru dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Bagaimana seharusnya kita memahaminya?
Baca juga :Â Renungan Manusia 2 - Kopit Lagi Kopit Lagi... Vaksin?
Konsep Monoteisme
Dalam sebuah ulasan biblis, Stephen Tong menyatakan bahwa doktrin Tritunggal termasuk monoteisme, yang percaya kepada Allah Yang Maha Esa. Â Dan Allah yang Esa itu mempunyai tiga Pribadi (plural), bukan satu. Pribadi pertama adalah Allah Bapa, pribadi kedua adalah Allah Anak (Yesus Kristus), dan Pribadi ketiga adalah Roh Kudus. Â
Tiga Pribadi bukan berarti tiga Allah, dan satu Allah tidak berarti satu Pribadi (1990:20). Â Jadi, Allah yang diperkenalkan dan disaksikan oleh Alkitab adalah Allah Tritunggal. Â Allah yang mempunyai satu substansi Ilahi (Yunani: ousia) dan tiga Pribadi (Yunani: prosopon) yang dipanggil sebagai Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus. Â
Penggunaan kata penghubung "dan" memperlihatkan eksistensi Pribadi yang berbeda, unik, dan agung tersebut. Â Dalam konteks ini, doktrin Allah Tritunggal mengajarkan kepercayaan monoteisme yaitu percaya kepada satu Allah dan bukan banyak Allah (politeisme). Â Banyak ilustrasi untuk menjelaskan tentang Allah Tritunggal tetapi tidak mampu untuk mengungkapkan rahasia mendalam (misteri) dari ketritunggalan tersebut.Â
Hanya orang-orang yang telah dilahirbarukanlah yang dapat mengerti rahasia ini. Diagram kuno dari Tritunggal memberikan pencerahan tentang penjelasan Allah Tritunggal sebagaimana dijelaskan oleh Paul Enns dalam bukunya "the Moody Handbook of Theology": Buku Pegangan Teologi Jilid 1). Â
Dari diagram tersebut memperlihatkan bahwa Bapa bukan Anak atau tidak sama dengan Anak. Â Anak bukan Roh Kudus atau tidak sama dengan Roh Kudus. Roh Kudus bukan Bapa atau tidak sama dengan Bapa. Â
Namun, Bapa adalah Allah; Anak adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah yang berada dalam substansi yang terintegrasi dan Yang Esa sebagaimana disaksikan dan dibuktikan oleh Alkitab. Integrasi dalam keesaan ini tidak dapat dibedah lagi. Inilah yang menjadi pegangan kekristenan yang tidak terlunturkan sepanjang segala abad.