PEKANBARU- Sejumlah sepuluh sastra Indonesia dan Singapura melakukan perjalanan budaya 'napak tilas' Melayu sebagai peninggalan Kerajaan Champa di sejumlah kota di Vietnam. Perjalanan yang digelar mulai 22-27 September mendatang juga akan diisi dengan kegiatan diskusi sastra dan baca puisi.
Para sastrawan tersebut adalah Rohani Din (Anie Din) dari Singapura dan selebihnya dari Indonesia yakni Bundo Freeharty, Yulnawiar Irsal Muchtar (Jakarta), Husnu Abadi, Tien Marni, Fakhrunnas MA Jabbar, Mosthamir Thalib, Saidul Tombang, Hening Wicara (Riau).
Koordinator Rombongan, Rohani Din kepada pers, Kamis (14/9) menjelaskan para sastrawan yang mengikuti Perjalanan Budaya atau 'Napak Tilas' Budaya Melayu  ke Vietnam ini sudah mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan tiket perjalanan dan kelengkapan lain. Kegiatan ini sudah dipersiapkan sejak setahun lalu ketika digelar Pertemuan Sastra Tanah Merah di Singapura.
"Rombongan ini juga sudah dinanti oleh sastrawan Vietnam, Nik Mansour dengan segala kelengkapan mulai penyediaan transportasi penjemputan di bandara Ho Chi Min, akomodasi, transportasi dari kota ke kota menuju situs-situs bersejarah yang berkaitan dengan kerajaan Melayu masa silam. Semoga tak ada lagi anggota rombongan yang berubah pikiran," kata novelis Singapura yang produktif ini.
Anggota rombongan, sastrawan Husnu Abadi menambahkan, perjalanan budaya ke Vietnam ini sangat penting dan bermakna dalam kaitan Indonesia khususnya Riau dan Singapura yang mempunyai kaitan tali sejarah di masa silam pada masa kejayaan kesultanan Melayu di kawasan Asia Tenggara.
"Rasanya sangat sayang bila tidak memanfaatkan momentum yang sulit dibayangkan akan terulang lagi. Memang program ini sudah direncanakan setahun silam ketika berlangsungnya Pertemuan Sastra 'Tanah Merah' di Singapura yang ditaja oleh sastrawan Bunda Anie Din," kata Husnu.
 Sementara itu, Tuan Rumah Nik Mansour melalui medsos mengabarkan soal program yang akan dilalukan selama berada di Vietnam. Kegiatan ini diawali pada hari pertama dengan penjemputan kedatangan rombongan dari Indonesia dan Singapura dan beristirahat sejenak di hotel. Malam harinya, rombongan menuju Panduranga (Ninh Thuan Provinsi)
Program hari kedua, pagi sampai di Panduranga, melakukan  lawatan kampung orang Cham Bani dan Cham Islam. Dilanjutkan dengan lawatan kampung orang Cham Hindu sekaligus melihat tradisi tenun kain tranditional, ziarah kampung buat tambika berusia 2000 tahun, lawatan  Candi Polongarai yang berdiri di abad 12 (Sultan Umdituddin) dan  candi Porome (Sultan Nik Mustafa) serta ziarah ke  makam Putri Kelantan. Malam harinya kembali ke hotel dan  berekreasi menikmati keindahan tepi pantai Ninh Chu.
Hari ketiga,  mengunjungi Museum Melayu Champa dan kembali ke kota Ho Chiminh. Perjalanan dilanjutkan tengah malam  menuju perkampungan  Muslim di sungai Mekong
Hari keempat, sesampai di Mekong pag hari, beristirahat di hotel. Kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi  kampung Muslim, masjid2 dan orang2 kampung, lawatan tempat tenun songket Melayu Champa, berekreasi dengan  naik perahu di sungai Mekong. Malam harinya makan BBQ di teman hotel yang terletak di perkampungan  Muslim.
Hari kelima, rombongan menuju kampung kelahiran Nik Mansour sekaligus melakukan ziarah orang kampung dan buat jamuan kecil untuk acara pembacaan puisi dan kegiatan seni lainnya. Di daerah ini juga melakukan ziarah masjid yang tertua di sungai Mekong dan mengunjungi  pondok pesantren yang mempunyai santri lebh dari seratus orang.