Mohon tunggu...
eddy restuwardono
eddy restuwardono Mohon Tunggu... swasta -

Bersyukur itu enak dan perlu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tenang Bersama Sang Terang

8 Juli 2015   22:38 Diperbarui: 8 Juli 2015   22:38 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika naik kereta siang hari dari Jakarta ke Bandung atau dari Jakarta ke Yogyakarta di suatu tempat kereta api akan melewati terowongan yang amat panjang. Uniknya naik kereta api siang hari adalah merasakan sensasi masuk ke dalam terowongan dan merasakan bahwa suasana di luar kereta menjadi gelap.

Karena penerangan di dalam kereta api cukup kita bisa tidak peduli dengan suasana di dalam kereta. Tetapi apabila lampu di dalam kereta mati suasana menjadi gelap gulita padahal itu siang hari. Rasa kuatir dan takutpun timbul jangan jangan ada orang jahat yang memanfaatkan suasana ini.

Ketika naik pesawat dari cuaca terang tiba tiba pesawat memasuki daerah dengan cuaca yang buruk. Gelap, kilat menyambar, air hujan memercik ke jendela dan tentu saja goncangan yang menakutkan. Rasa takut dan khawatirpun timbul akan kondisi pesawat dan pilot yang mengendarai pesawat. Banyak kejadian pesawat menjadi tidak dapat dikendalikan karena cuaca yang buruk apalagi kalau sang pilot tidak fit  akibatnya bisa fatal.

Sore hari ketika suasana menjadi redup karena mata hari tenggelam. Malampun menjelang dan kegelapan datang. Di daerah yang belum ada penerangan listrik suasana menjadi mencekam. Gelap di luar rumah menyebabkan  tidak ada yang terlihat tanpa penerangan. Tetapi semuanya berakhir keesokan harinya ketika pagi datang dan matahari bersinar terang.

Dalam hidup kita pasti pernah memasuki suasana kegelapan. Ketika ada banyak kesulitan dan masalah yang menguras tenaga, pikiran bahkan kekuatan rohani kita. Kita merasa seolah semua menjadi serba gelap. Tetapi bagi yang percaya kepada pertolongan Tuhan, kita tidak akan terpuruk dalam kegelapan. Tuhan adalah terang yang senantiasa menerangi hati dan pikiran setiap saat dan setiap waktu. Dari situlah kita bisa bangkit dari keterpurukan dan memenangkan hidup ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun