Gonjang-ganjing Negara Indonesia kembali menghentak. Ibarat sebuah gempa, ini sudah dipredikisi oleh beberapa pihak. Runtutan permasalahan dari menjelang Pilpres berlanjut setelah presiden sudah terpilih. Negara kita sekarang seperti apa? Aku yang tidak paham politik hanya berharap “Semoga Indonesia baik-baik saja”.
Kalau dulu kita sering mendengar kata “Dari, Oleh, dan Untuk Rakyat” Mungkin kedepan kita mendengar kata “Dari, Oleh, dan Untuk Wakil Rakyat”. Dilematis, demokrasi [secara langsung] yang baru seumur jagung dan hampir lolos masa-masa transisi harus mengakui bahwa dia tidak kuat bertahan. Pilkada yang dulu digembor-gemborkan harus dipilih secara langsung, kali ini harus menerima kenyataan untuk ditunjuk oleh wakil kita.
Wakil rakyat, iya mereka memang wakil rakyat bagi kita. Tapi apa pilihannya sudah sesuai dengan keinginan kita sebagai rakyat? Bisa jadi pilihannya sekedar karena berhubungan dengan partainya, bukan karena hatinya. Itulah politik, terlalu menjadi misteri sampai kapanpun. Jadi apa Pilkada yang dilakukan secara tidak langsung ini bisa lebih baik? Semoga saja, tapi kita harus memahami setiap solusi itu selalu akan ada dampak/akibat yang mungkin tidak bisa kita prediksi.
Rakyat pun berpendapat sesuai dengan pilihannya, angkringan-angkringan sampai tukang parker pun ikut mengomentari fenomena hebat dinegeri kita tercinta ini. Ternyata tidak hanya para politikus dan pejabat saja yang nimbrung membahas masalah pilkada.
Pilkada langsung kata sebagian orang “ah, yang kaya itu gampang nyebar uang untuk dapat suara. Jadi biarlah ditunjuk, kana man nggak ada yang main uang loh saat dipilih”
Berlanjut ke pilkada tidak langsung “ Wakil rakyat yang milih? Tahu apa mereka? Mungkin yang dipilih orang-orang terdekat dia. Kalau nyuap uangnya pun hanya diambil wakil rakyat, bukan diambil rakyat”
Duh celotehan-celotehan yang sedikit miring mulai berdatangan, tidak sedikit yang setuju dengan Pilkada oleh Wakil rakyat, tapi banyak juga yang mempertahankan pilkada langsung oleh rakyat.
Bagaimana dengan aku? Apa hanya nanti aku memilih langsung itu pada saat coblosan lurah sama presiden saja? Tanpa menguragi rasa hormatku pada orang-orang yang berbeda pendapat dengan aku, aku lebih setuju pemilihan tetap dilaksanakan secara langsung. Kalaupun itu banyak kekurangan dimata orang-orang yang berbeda pendapat, aku rasa itu hal yang wajar.
Pada akhirnya kita semua hanya bisa berdoa dan berusaha agar Negara tercinta ini bisa lebih baik, apapun pilihan dan argument kita; tentu harapan kita itu sama “Indonesia lebih baik”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H