Mohon tunggu...
M. Nasir Pariusamahu
M. Nasir Pariusamahu Mohon Tunggu... Penulis - -

Saya Manusia Pembelajar. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfat untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kita adalah Manusia Masa Depan

19 Agustus 2019   10:36 Diperbarui: 19 Agustus 2019   11:07 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi, kota tua

Sangat penting kita bicara tentang ide persatuan. Banyak diantara kita, menganggap hal ini sudah tuntas. Padahal, semakin panjang usia negara bangsa, maka gelombang ujian untuk diperpecah itu semakin banyak.

Ketika kita menyimak setiap tontonan yang berupa hate speech, hoax, sarkasme, cemohan, kita terjebak di dalam perbincangannya. Sedangkan, hal-hal yang bersifat positif sangat jarang dijadikan sebagai bahan diskusi. Seakan-akan kita gagal, dan malu ketika ada kebaikan yang dilakukan oleh teman sejawat, tiap warga negara.

Kendati  founding father sudah tiada, ajaran-ajarannya tetap saja ada dalam ingatan seseorang. Sukarno, Hatta, Tan Malaka, Buya Hamka, Leimena, Syahrir, Chairil Anwar. Ambilah devisa nilai dan karakter dari tuan-tuan itu, biar tantangan seribu rupa saat ini, bisa kita atasi.

Kita adalah masa depan. Kita adalah pagar Indonesia. Sudah lumrahnya, masa depan perlu kita siapkan macam banyak amunisi, jangan sampai bangsa kita madesu (masa depan suram).

Olehnya itu, sikap kita adalah menjaga, dan mengembangkan, melayarakan, dan menerbangkan bangsa ini dua, tiga, puluh tahun ke depan. Maukah? Bisakah?

Dalam melihat masa depan, sudah banyak ahli, yang mendefinisikan bangsa ini akan masuk kategori negara maju, ada juga yang mengatakan Indonesia mengalami keruntuhan.

Tentu, kita sebagai manusia masa depan, mesti memiliki optimistis, serta peran kontributif. Bila perlu, berdoalah kepada Tuhan," Ya Tuhan, berikanlah takdir 'mulia' kepada kami, agar kami buat mekar, dan hijau taman Indonesia."

Sudah saatnya, kita berbuat. Merdeka mesti berarti. Galilah mimpi-mimpi kita semasa kecil. Panggilah emosi-emosi cinta kasih, biar tidak lahir menjadi raja-raja egois dan individualistik.

Negara bangsa butuh manusia maju. Maka, jadilah cahaya kebangkitan, kikislah perbedaan yang tajam, hargai eksitensi manusia, sebab dalam kajian Abraham Maslow," Manusia itu unik.

Dan yang terakhir, jadilah warga yang tak banyak bicara teori. Jangan sampai bangsa kita dicap sebagai negara banyak cakap. Tetapi, bangunlah harga diri kayak warga Jepang, yang punya harakiri, berpengetahuan, dan memiliki etos kerja tinggi kayak Cina. Apabila telah kita lakukan, kita tidak terjebak dalam isme-isme yang ujungnya memecah persatuan.

Afrika sudah kering tanahnya, timur tengah sudah diporak-porandakan, Eropa hilang peran, perang dagang Amerika-Cina makin meruncing perang dingin di era ini, belum lagi yang lain.

Kita, Indonesia memosisikan diri di mana? Maukah kita menjadi manusia masa depan seutuhnya? Bagimu negeri. Jiwa raga kami.

Ambon, 19 Agustus 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun