Mohon tunggu...
M. Nasir Pariusamahu
M. Nasir Pariusamahu Mohon Tunggu... Penulis - -

Saya Manusia Pembelajar. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfat untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Shafiq dan Kegagalan Sebuah Produk Bahasa

25 Agustus 2018   15:47 Diperbarui: 25 Agustus 2018   15:50 1256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah beta baca berbagai status dari berbagai sumber di dunia maya, dengan begitu haru membacanya, airmata sempat berkaca-kaca dan hati membelah dua antara membela atau mencaci. Maka perlu beta menuliskan ini,  dengan judul seperti di atas. 

Tulisan ini diharapkan menjadi sebuah bahan kebaikan bagi kita, seperti yang diposting oleh Weslly Johannes dalam facebooknya 19 jam lalu ketika beta mengambil petikan statusnya, sebagai upaya mendinginkan atmosfer kebatinan yang terjadi, begini statusnya: Teman-teman yang pandai menggunakan media sosial pasti paham kalau mencacimaki dan mengancam orang di media sosial itu bukan perbuatan yang keren. 

Ada banyak cara keren untuk meminta klarifikasi. Ancaman dan cacimaki adalah bukti yang bertentangan dengan klaim teman-teman bahwa teman-teman sungguh-sungguh melek media sosial.

Dari mana bermula kasus Shafiq?

Mengutip dari halaman kumparan.com pukul 13.51 WIB, tanggal 22 Agustus 2018. Berikut berita yang tertulis: "Adalah Zairin Salampessy alias Embong yang pertama kali mengecam pernyataan tidak benar dari Shafiq pada cara Ngobrol Pintar (Ngopi) Kompas TV, Selasa malam (21/8). Dalam acara yang dihadiri sejumlah narasumber itu, Shafiq mengatakan hanya sedikit anak muda Ambon memiliki akun media sosial alias medsos."

"Waktu saya di Ambon, jelas-jelas anak muda semua. Saya tanya ada yang pake Facebook enggak? Cekikan semua, itu ma bapak saya yang pakai, bahasa kasarnya seperti itu. Ada yang pakai Twitter enggak, angkat tangan? Itu celingukan, seperti menanyakan itu benda apa? kata Shafiq saat menjadi narasumber di program Ngopi. "Lalu saya tanya Instagram, sedikit yang angkat tangan. Oh saya tanya lagi mungkin Line, tidak juga. Oh ternyata banyak yang pakai Blackberry Messenger."

Embong, yang juga jurnalis senior Maluku dan fotografer Kantor Berita Antara, justru mempertanyakan validitas pernyataan Shafiq. Sebab, anak-anak muda di Ambon justru aktif menggunakan medsos, selain sebagai eksistensi diri, medsos juga sebagai medium untuk menyebarkan hal-hal positif dan menangkal informasi bohong.

"Asal Bung Shafiq Pontoh tahu, anak-anak muda di Ambon bergerak justru dengan mengandalkan Medsos. Bahkan karena kiprah teman-teman komunitas muda Ambon lewat Medsos jugalah membuat Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara pada tahun 2015 datang dan ngobrol-ngobrol dengan mereka di rumah bersama komunitas anak muda Ambon, yakni Paparisa Ambon Bergerak," jelas Embong.

"Dan asal Bung tahu juga, anak-anak muda di kota ini tercatat pernah mencatatkan diri dalam sejarah berkiprah lewat medsos, karena pernah melawan pemberitaan media arus utama lewat Twitter ketika tahun 2011 Ambon mau 'digoyang' lagi, agar terpuruk dalam konflik horizontal," lanjutnya.  Embong meminta Shadiq Pontoh mengklarifikasi pernyataannya secara resmi. 

Menurut dia, pernyataan yang disambut gelak tawa narasumber pada acara tersebut tidak berdasar pada fakta dan seolah-olah menggambarkan keterbelakangan anak-anak muda Ambon dalam penggunaan media sosial. "Jika Anda tidak pernah tahu itu, saya meragukan kepakaran Anda. Tapi sepertinya Bung harus mengklarifikasi, anak muda Ambon sebelah mana yang menjadi responden survei Anda di akhir tahun 2017 itu," ucap Embong.

Selanjutnya, ramai-ramai nitizen melancarkan serangan lewat akun media sosial kepada Shafiq untuk segera meminta maaf atas apa yang telah dilakukan olehnya. Tak lebih, kumparan.com membuat judul agak bombastis yaitu "Sebut Anak Muda Ambon Tak Melek Medsos, Shafiq Pontoh Diserang Netizen

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun