Jika dilihat dari marga, beliau adalah anak asli Maluku yang berasal dari Seram, tepatnya Negeri Iha-Luhu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Belum banyak yang saya tau tentang identitas beliau. Namun, lokasi tugasnya telah menjadi rumah istimewa baginya untuk menggalakkan nilai-nilai empati kepada seluruh masyarakat di bawah kendali tangan kekuasaannya.
Kepedulian mereka ialah sebuah bahasa kemanusiaan. Citra orang Maluku, hidup basudara telah mengakar dalam viliabilitas kehidupan. Menyimak aksi-aksi heroik beliau, mengingatkan kita pada kisah AKBP Untung Sangaji dalam aksi penyanderaan teroris dua tahun lalu saat teror bom Sarinah.
Dua sosok candradimuka abdi negara asal Maluku ini perlu menjadi bahan akal sehat kita, bahwa masih banyak prajurit yang patriotik demi menyelamatkan nama baik negara.
Mereka telah berhasil melanjutkan kesan Mantan Kapolri (1968-1971) Jenderal Pol. (Purn.) Hoegeng Imam Santoso atas kiprah Raden Sukanto (Kapolri Pertama RI):"Pak Kanto orang yang patut dicontohi. Dia meletakkan jiwa kepolisian, polisi harus jujur dan mengabdi kepada masyarakat. Tanpa Pak Kanto, polisi sudah berantakan.Â
Di zaman Jepang, Pak Kanto yang jadi instruktur sudah mendidik kami dengan jiwa keIndonesiaan. Saya ingat, Pak Kanto pernah marah kepada saya. Tanpa kemarahan Pak Kanto, saya tidak begini.... "
Akhirnya, saya ucapkan selamat Hari Bhayangkara ke-72. Citra "Kemanusian" Kepolisian bukan iklan.Â
Ambon, 1 Juli 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H