Jika kedua pulau di atas adalah pintu. Maka, Pulau Karaka dan Bukit Dusun Lautaka (Neira) keduanya adalah gerbang kota Banda. Disana berdiri kokoh mercusuar penanda bagi kapal yang masuk keluar. Kapal mendekat dinding pelabuhan. Tangga kapal sepanjang 4 meter diturunkan. Buruh pengangkat barang merengsek masuk. Berdesakan dengan barang dan penumpang.
Diantara semua pulau, Pulau Pisang atau Pulau Syahrir merupakan pulau yang paling tertinggal pendidikannya. Menurut relawan yang sedang take action disitu, "Ada sekolah tapi tidak ada guru PNS. Semua honorer. Bahkan siswanya tak sebanyak jemari tangan.Â
Pulau tersebut menurutnya hanya dihuni oleh sekitar 15 KK, se-RT saja, bila ke desa administratifnya, nyeberang lagi ke Pulau Banda Besar yaitu, Desa Selamon. Â Rata-rata masyarakat berprofesi sebagai nelayan.Â
Lalu di Neira, tepatnya di Desa Merdeka ada Goa Gunung Manangis (Lohorap) Kesitu kita daki 60 tangga. Dari informasi yang didapat, suara tangisan dari gunung tersebut adalah suara tangisan Cilu Bintang, anak perempuan dari penemu Banda ( Andan Sari)Â
Keberadaan gunung tersebut ada kaitannya dengan situs sakral Parigi Pusaka di Desa Lonthoir.Â
Sementara itu, kata orang-orang, belum ke Banda jika belum sampai ke puncak Gunung Api (Lewerina) Karena, terpisah laut sepanjang 100 meter dengan Naira, kita bisa naik pok-pok dengan harga Rp. 2000,-/orang. Mendaki puncak tertinggi di Banda ini (635 Mdpl) cukup membutuhkan waktu 2-3 jam.Â
Di atas puncak kita jumpai wahana alam bebas. Inikah laut Banda. Laut yang mempunyai palung terdalam di dunia. Seakan kita melihat langsung terumbu karang dan ikan bermain dari dasar terdalamnya. Dijumpai pula tumbuhan paku yang menjadi pagar puncaknya. Gas Belerangnya sekali-kali aktif kemudian di bawa angin ke laut.Â
Dari atasnya, mata kita menghijau. Pulau Neira, Pulau Karaka, dan Pulau Banda Besar serta Pulau Gunung Api membentuk sebuah kawah seperti kawah di Gunung Kelimutu di Ende, NTT.Â
Sungguh maha indah ciptaanNya. Tampak pula kota Neira yang sedap dipandang mata. Kemudian, Â kita diajak turun bermain dengan Katapang di pinggir Pantai Malole. Masih banyak pantai yang lebih indah disetiap pulaunya. Namun, sore itu, hanya ini yang bisa didatangi karena senja terlalu cepat merunduk ke dalam langit Baratnya.Â
Inilah aroma Pala dan diksi setelah menyatu. Terbentuklah cerita. Pepasir dengan asinnya air laut, berpadu balada. Gunung dan bebatuan bercampur. Berkombinasi dalam integritas.Â
Kini usai sudah ibadah di Pulau Pala. Aroma wanginya sudah berbau asin lautan. Segala indah-indah.Â