Mohon tunggu...
M. Nasir Pariusamahu
M. Nasir Pariusamahu Mohon Tunggu... Penulis - -

Saya Manusia Pembelajar. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfat untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Melacak Banda (2)

11 Februari 2018   12:45 Diperbarui: 11 Februari 2018   13:52 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nafas pagi bergerak. Ombak memukul karang. Bulan perlahan mengikuti. Bayangan pohon masih belum terlihat. Tapi daun telah jatuh seakan tak mau berlama-lama layu dengan dahannya.

Kejadian daratan. 

01.00 dinihari, KM Pangrango melepas jangkar dari Pelabuhan Yos Sudarso Ambon. Kapal akan menuju Pulau Banda. Akibat gelombang yang tinggi, sebagian penumpang ke Tenggara diturunkan. Jadwal kapal reschedule. Kapal bercat kuning putih itu melaju ke bagian Selatan Ambon.

Dari anjungan, pipi kapalnya kasmaran dengan ujung-ujung gelombang. Kapal besi itu berbanting. Lumba-lumba berparade dibelakanganya, seperti para tentara lagi berbaris apel siaga. Udara dalam kabin kapal tak sesak. Ruang-ruang deck tempat tidur penumpang banyak yang kosong.

Tim kami di deck: 2/101-A. Pelayanannya pun sekelas maspakai Garuda. Sementara dari tiap-tiap rusuk gelombang, ikan malam menari didalam semburan lampu kapal. Kemudi nahkoda tetap stabil. Memutar pelan. ABK tetap standby. 14 jam tiba di Banda. Ini waktu yang tidak biasa. Biasanya 12 jam saja jarak tempuhnya.

Kejadian laut

Suara sirene kapal berbunyi, malam telah berlalu. Siang telah datang. Welcome Banda Island.  Banda kota pulau. Menyimpan rindu dalam cinta. Ada 10 pulau yang membentuk sebuah cincin melingkari pusatnya, Neira. 10 pulau selain Neira adalah Banda Besar, Gunung Api, Nailaka, Hatta, Syahrir, Run, Ay, Manukang dan Karaka. 

Jika dari Ambon, kita akan temukan dulu Pulau Manukang. Pulau ini tidak berpenghuni. Candaku,"masak tidak ada penghuni. "Iya, panee, seng ada."kan burung, pohon-pohon disana ada to? " iya ada." Lha itu kan juga penghuni to... Heheeh."

Kemudian sebelah kanan badan kapal, ada pulau pintu masuk Banda yaitu Pulau Run dan Pulau Ay. Keduanya merupakan pulau bersaudara. Mempunyai adat yang sama dengan sebutan Sairun. Penduduk aslinya sudah tidak ada lagi.

Mereka telah mengungsi ketika terjadi penindasan Belanda tempo dulu. Sekarang mereka menetap di Banda Ely, Pulau Key Besar. Pulau Ay sendiri menyimpan seribu kode. Ada benteng balas dendam (Revengie) dan  tempat pengasapan Pala terbesar di Banda. Diantaranya Wilfaren, Weltefreden, Matalenco, Wetsklip dan Klinson. 

Uniknya pula, zona waktu disini mengikuti zona waktu Indonesia Barat. Tetiba disana, semua alat elektronik berganti secara otomatis waktunya le WIB. "Kok masih jam 11.30 siang su abis Dzuhur, "kataku pas tiba disana. "Disini katong pake satelit pusat ade par telepon, jadi jang bingung." Wah, ternyata Pulau Ay bukan Maluku.:) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun