Dalam hal ini, waktu kita banyak digunakan untuk menghitung hasil daripada mengkalkulasikan proses. Olehnya itu, sedapat mungkin kita mengantisipasi jenis manajemen ini dari diri kita. Kalaupun ada janganlah benar-benar kepepet. Istilahnya, sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Lalu apa yang harus dilakukan agar terhindar dari penyakit ini?
Pertama, rubah niat dan kembalikan energi hidup. Manusia pada masa-masa tertentu berada pada kondisi kronis. Cepat marah, kurang antusias, tidak responsif, suka ngalihkan status handphone dll.
Kondisi ini jangan sampai membunuh karakter. Sehingga menyebabkan "amnesia". Olehnya itu, cepat-cepat bangun dan bercermin. Suka atau tidak suka, zaman telah berubah. You must to changes. Move on and go!
Kedua, tingkatkan doa yang khusus kepada Sang Kuasa. Peran Tuhan dalam takdir itu sangat penting. Dialah "sutradara" alam ini. Berdoalah kepadaku, niscaya akan kukabulkan," kataNya. Masing-masing kita punya harapan-harapan privasi. Satukan asamu dengan takdirNya. Disitu, tak ada yang bisa memutuskannya.
Ketiga, tersenyumlah dengan tugas yang diberikan. Sadari, esensi tugas bukanlah beban, tetapi sebagai ujian kualitas manusia dalam amal sosialnya. Tegasnya, masalah yang datang bukan menjadikan kita kerdil pikir, melainkan menjadi batu loncatan dalam mengasah kapabilitas diri. Jika sebagai orang beriman, jadinya ingat buah dialog Fatma Pasha dan putrinya dalam film 99 cahaya di Langit Eropa. Putrinya berkata," Katakan pada masalah besar "hai masalah besar, aku punya Allah Yang Maha Besar!".
Keempat, buat perencanaan yang matang dan terukur. Tak sekedar konsep. Banyak orang yang suka bicara, sedikit saja yang bekerja, banyak orang yang bekerja, tapi sedikit saja yang produktif. Banyak orang yang produktif, tetapi sedikit saja yang konsisten. Maka, kita termasuk kategori yang mana?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H