Waktu awal mula sekitar tahun 2006, kegiatan penambangan emas masih dengan pola mendulang, tidak menggunakan alat berat. Namun dalam sepuluh tahun terakhir kegiatan penambangan emas ilegal sudah menggunakan alat berat.
Pola menambang dengan cara mendulang saat ini juga masih ada, namun dilakukan oleh kaum perempuan. Setiap pagi mereka datang ke lokasi tambang dan bekerjasama dengan operator alat berat untuk diberikan beberapa sendok material yang memiliki kandungan emas. Material itu didulang oleh perempuan yang dilakukan sampai sore hari.Â
Berapa keuntungan yang didapatkan nanti, diberikan sedikit uang rokok untuk operator alat berat. Biasanya, kelompok perempuan tersebut bisa meraup rupiah antara 400-700 ribu per hari, bahkan terkadang bisa lebih.Â
Menjadi kurir BBM dilokasi tambang sudah menjadi pekerjaan rutin bagi mereka. Pendapatan yang diperoleh dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga, biaya pendidikan anak-anak, dan juga bisa ditabung. Karena bukan pendapatan bulanan, maka mereka harus bekerja setiap hari. Mereka harus standby dilokasi, karena jadwal masuk BBM terkadang tidak menentu. Ada yang masuk setiap hari, dan juga terkadang dalam seminggu hanya tiga hari.
Beda halnya dengan operator alat berat atau pekerja tambang, mereka sistemnya bagi hasil dalam periode tertentu yang telah disepakati.
Sebagian penambangan juga memiliki mobil jonder. Mobil yang mampu melaju di Medan berat. Biasanya mereka tidak menggunakan jasa kurir, tapi mobilisasi BBM menggunakan mobil jonder sekalian dengan logistik lainnya. Jika BBM yang datang untuk penambangan yang memiliki mobil jonder, tentunya para kurir tidak memiliki pendapatan di hari itu.
Cerita lain dari kurir, setiap hari mereka juga harus waspada terhadap kegiatan razia atau penertiban oleh aparat penegak hukum. Jika itu terjadi, maka mereka harus melarikan diri agar tidak tertangkap. Namun sejauh ini mereka belum pernah tertangkap, yang pernah terjadi terhadap pemasok BBM yang menggunakan mobil.Â
Saat kami tanyakan, apakah tidak takut dengan binatang buas kala berada dalam hutan? Mereka menjawab, mana ada lagi binatang buas seperti harimau di kawan ini, dengan suara riuh alat berat mereka pasti melarikan diri. Yang terkendala bagi kami hanya waktu musim hujan, jalan yang kami lalui becek, berlumpur, dan licin saat mendaki.Â
Kebetulan ditempat timbunan BBM yang kami singgah, juga menjual minuman mineral dan juga mie gelas. Satu mie gelas dihargai 15 ribu, sedangkan air mineral ukuran botol sedang harganya 10 ribu. Salah seorang teman sambil ketawa berkata, kita jualan saja disini bisa untung banyak. Bisa dibayangkan berapa harga barang lain, bisa jadi lima kali lipat dari harga umumnya.
Untuk makan siang biasanya kami bawa nasi bungkus dari rumah bang biar lebih hemat, kata salah seorang kurir.
Hari menjelang sore kamipun melangkah pulang setelah beberapa hari "main" dalam hutan.[]