Indonesia merupakan negara dengan kekayaan budaya yang luar biasa, diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Warisan budaya ini menjadi identitas bangsa yang tidak hanya memperkuat keunikan, tetapi juga membentuk nilai-nilai kehidupan bermasyarakat. Tradisi, sebagai elemen penting dalam kebudayaan, memiliki peran besar dalam menjaga nilai-nilai luhur yang menjadi pedoman hidup. Namun, modernisasi dan perkembangan teknologi yang pesat menghadirkan tantangan, termasuk risiko hilangnya nilai- nilai budaya akibat perubahan gaya hidup Masyarakat.Salah satu tradisi yang kaya akan nilai budaya adalah Mappadendang, sebuah ritual khas masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan. Tradisi ini tidak hanya menjadi bagian dari adat istiadat, tetapi juga berperan dalam mempererat solidaritas sosial dan menjaga keseimbangan hubungan manusia dengan alam. Namun, perkembangan teknologi di sektor pertanian, seperti penggunaan alat-alat modern, telah mengurangi keterlibatan manusia dalam aktivitas tradisional ini, yang secara tidak langsung berdampak pada keberlanjutannya. Nilai-nilai kebersamaan dan pelestarian budaya mulai tergerus, seiring dengan meningkatnya efisiensi pertanian modern.
Mappadendang atau biasa lebih dikenal dengan sebutan pesta panen yang dilakukan oleh sebagaian dari masyarakat yang ada di Sulawesi Selatan. Tradisi ini merupakan suatu pesta sebagai rasa syukur atas keberhasilannya dalam menanam padi serta rasa syukur atas hasil panen padi yang telah didapatkan dari pemberian sang maha kuasa. Mappadendang adalah sekelompok orang yang menumbukkan sebuah Alu ke lesung dengan suatu irama (nada) dan disertai dengan gerakan. Tradisi Mappadendang adalah tradisi menunbuk padi yang sering dilakukan orang Bugis. Mereka menyebutnya Namou Watte atau Nampu Ase Lolo (tumbuk padi mudah). Dalam ini upacara ini di hadiri oleh pemerintah, tokoh adat, orang tua dan anak-anak. Tradisi ini biasanya diadakan setelah musim panen dan dilakukan oleh para pemuda dan pemudi dengan berpasang-pasangan. Upacara ini dipimpin oleh orang tua (tokoh adat) yang sudah berpengalaman dalam melakukan perayaan acara Mappadendang
Mappadendang adalah salah satu acara yang merupakan rangkaian acara kegiatan di dalam Tudang Sipulung. Acara Tudang Sipulung adalah rangkaian pesta panen rakyat atau masyarakat suku Bugis. Acara ini menjadi ajang hiburan bagi para tamu yang hadir, karena di dalam Mappadendang mempertunjukan aksi menumbuk padi secara gotong royong. Selain sangat menghibur bagi hadirin juga menunjukkan suatu pernyataan sikap dan kebersamaan para petani Bugis hal ini selalu bergotongroyong.Â
Adapun nilai-nilai yang terdapat dalam budaya Mappadendang yaitu: menyatakan rasa syukur kepada Allah, menjalin silaturahmi, hiburan, biasanya di jadikan ajang oleh muda mudih untuk mencari pasangan, dan memupuk rasa kebersamaan.Adapun nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam budaya Mappadendang yang ditinjau dari beberapa hal yaitu nilai akidah, yaitu sebagaimana salah satu unsur penting dalam pelaksanaan budaya Mappadendang yaitu pembacaan doa-doa atau permohonan merupakan bukti bahwa seseorang sedang membutuhkan apa yang terkandung di dalam doanya. Seperti yang dilakukan oleh ketua adat sebelum memulai budayaMappadendang. Selanjutnya nilai ilahi dapat dilihat perwujudan ketika pada budaya Mappadendang masyarakat setempat mengadakan hubungan dengan Allah Swt. Dengan cara memohon agar diberikan panen yang melimpah tahun depan dengan melakukan budaya Mappadendang agara para petani mendapatkan hasil panen yang melimpah, dalam budaya Mappadendang masyarakat sama-sama memohon doa agar apa yang diharapkan oleh petani dapat terwujud. Dan nilai akhlak, sebagaimana akhlak adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama, kerena baik menurut akhlak, baik pula menurut agama dan yang buruk menurut ajaran agama, buruk juga menurut akhlak. Akhlak merupakan realisasi dari keimanan yang dimiliki seseorang.Kemudian, nilai ukhuwal Islamiyah yaitu dimana dalam setiap budaya termasuk budaya Mappadendang tentunya melibatkan banyak orang di dalamnya terjadi interaksi antara individu, sehingga terwujudnya rasa kebersamaan, persaudaraan, dan rasa persatuan, seluruh masyarakat yang terlibat mulai pada tahap pelaksanaan budaya tersebut. Silatuhrahmi yang begitu erat sampai selesai acara. Sangat jelas bahwa Allah Swt memperintahkan agar memperbaiki hubungan antara sesama manusia. Dengan melalui acara budaya Mappadendang memperlihatkan nilai Ukhuwal Islamiyah. Makna lain yang dapat dipetik dari budaya ini adalah rasa kebersamaan, persatuan, serta gotong royong.
Ada beberapa alasan masyarakat mengenai tradisi Mappadendang masih tetap dijaga eksistensinya maupun kelestariannya sampai sekarang yaitu:
1. Masyarakat di Desa Pationgi Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone menyakini bahwa dengan melaksanakan ritual tradisi Mappadendang ini maka keselamatan atas apa yang mereka dapatkan dari Allah Swt akan selalu mendapatkan keberkahan dan keselamatan bagi masyarakat yang ada di Desa Pationgi.
2. Sebagai wadah atau tempat berkumpulnya masyarakat di Desa Pationgi untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah Swt atas panen yang diperoleh, karena di Desa Pationgi hampir semua masyarakat berprofesi sebagai petani. Maka salah satu hal yang sangat penting dilakukan yaitu diselenggarakannya pesta panen atau adat tradisi Mappadendang karena itu merupakan salah satu moment dimana masyarakat bersama-sama berdoa dan bersyukur atas panen yang diperolehnya.
3. Menjaga budaya lokal atau adat-istiadat masyarakat setempat sebab tradisi ini merupakan warisan dari nenek moyang yang diturunkan secara turun-temurun yang harus dipertahankan dan tetap dijaga kelestariannya.
 4. Menjaga kerukunan antar sesama masyarakat yang ada di Desa Pationgi Kecamatan Patimpeng.
Tradisi Mappadendang di Desa Pationgi Kecamatan Patimpeng yang hingga saat ini masih dipercayai sebagai salah satu tradisi yang harus dilakukan berasal dari nenek moyang terdahulu masyarakat terdahulu merupakan salah satu sumber pembentuk kebudayaan yang kemudian menciptakan sebuah tradisi yang menjadi turun-temurun yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya
Tradisi ini sangat dihargai, dihormati dan dilestarikan oleh masyarakat yang ada di Desa Pationgi tersebut di daerah lain pun banyak yang datang menyaksikan upacara ini karena ketika tradisi tersebut berlangsung, ada interaksi sosial, hubungan sosial yang terjadi di mana masyarakat atau orang terdekat yang datang untuk membantu karena tradisi ini tidak boleh dilakukan sendiri tetapi dilakukan secara bersama-sama (gotong royong), lebih banyak orang yang datang membantu maka akan mempercepat untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut
Tradisi ini merupakan sebuah pertunjukan unik karena alat yang digunakan ialah alu dan lesung yang menghasilkan bunyian yang teratur. Mappadendang adalah salah satu bagian acara pesta panen yaitu menumbuk alu ke lesung dengan irama yang khas dengan pakaian tradisional. Tradisi Mappadendang ini adalah warisan budaya yang dimana di dalamnya terkandung makna simbolis yang diartikan melalui komponen dalam Mappadendang yang telah berjalan sekian lama dari nenek moyang kita terdahulu. Berasal dari kepercayaan orang zaman dulu yang percaya bahwa padi adalah anugerah dari yang Maha Esa bagi kita umat manusia sebagai bahan kebutuhan pokok yang perlu disyukuri maka lahirlah nama Mappadendang sebagai simbol rasa syukur para petani akan hasil panen dan memanjatkan doa serta harapan agar panen berikutnya akan lebih banyak hasilnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H