Gelaran pilpres yang ada di depan mata memunculkan beberapa kejutan tak terduga. Terpilihnya pasangan Ganjar Pranowo dan Machfud MD sebagai pasangan capres-cawapres PDIP mungkin tidak terlalu mengejutkan, mengingat popularitas keduanya menjelang penentuan capres-cawapres begitu kuat. Â Bergabungnya Muhaimin Iskandar dari PKB menjadi cawapres Anies Baswedan yang nota bene berangkat dari kubu ideologi dan kultur politik berlawanan mungkin sedikit mengejutkan, tapi menjadi mudah dimaklumi bila melihat track record pasangan ini.
Yang paling mengejutkan tentu saja pihan politik Jokowi yang tampak lebih mendukung Prabowo bukan calon PDIP, Ganjar Pranowo. Dipilihnya putra sang presiden, Gibran Rakabuming, sebagai cawapres Prabowo Subianto membuat Jokowi hampir pasti mendukung pasangan pasangan ini. Para pendukung Jokowi yang lumayan militan pasti banyak yang dibuat bingung oleh pilihan sang presiden, mengingat pada pilpres-pilpres sebelumnya Prabowo seakan antitesa Jokowi.
Para pemilih awam pendukung Jokowi hampir pasti membayangkan bahwa Jokowi akan berada di pihak Ganjar Pranowo. Selain dari basis politik yang sama, karakter populis Ganjar menjadikannya sosok yang paling mirip dengan gaya kepemimpinan Jokowi. Apalagi duet Ganjar dengan Machfud Md yang nota bene merupakan sosok yang terpercaya integritas dan kompetensinya, seharusnya menempatkan pasangan ini sebagai capres-cawapres paling ideal yang didukung Jokowi.
Hal ini tentu memunculkan tanda tanya bagi para pendukung Jokowi dan masyarakat umum, sekalipun alur perjalanan politik memang senantiasa penuh misteri. Paparan berikut merupakan sedikit upaya masyarkat awam dalam menjawab rasa penasaran terhadap pilihan politik Jokowi.
Kontribusi Prabowo
Memahami dukungan Jokowi terhadap Prabowo perlu ditelusuri dari bergabungnya Prabowo dalam pemerintahan Jokowi yang kedua, yang mana kesediaan Prabowo menjadi menteri dalam kabinet Jokowi tentu bukan keputusan mudah untuk lawan politik yang begitu kuat selama dua pilpres, 2014 dan 2019. Pasti ada deal-deal politik yang dibangun Jokowi dengan Prabowo sehingga kompetisi dan kontestasi politik yang sedemikian keras bahkan hampir-hampir membelah masyarakat bangsa ke dalam dua kubu yang saling berseberangan, secara mengejutkan berakhir dengan terbangunnya kabinet dan koalisi yang sedemikian kuat.
Stabilitas politik pemerintahan Jokowi pada kepemimpinannya yang kedua tanpaknya tidak lepas dari berkontribusi besar Prabowo. Sulit dibayangkan bagaimana bisa, terbelahnya masyarakat akibat pilpres 2019 begitu kuat dapat diredam dengan mudah dan cepat. Gerakan-gerakan dan suara-suara anti pemerintah, termasuk anti-Jokowi, tiba-tiba berubah senyap dengan bergabungnya Prabowo dalam pemerintahan. Â
Majunya Prabowo dalam gelaran Pilpres 2014 dan 2019 seakan meneguhkan eksistensi kekuatan ekstrim kanan, khususnya kelompok politik Islam. Mereka memperoleh panggung terbuka untuk mengekspresikan pandangan-pandangan politiknya yang sektarian dan mengancam eksistensi serta masa depan negara bangsa. Terlibatnya Prabowo dalam pemerintahan Jokowi membuat kelompok-kelompok tersebut semakin pudar suaranya. HTI dan FPI berhasil diberangus. Tercatat hanya beberapa tokoh yang bersuara minor terhadap pemerintahan Jokowi periode kedua, seperti Rocky Gerung, Rizal Ramli dan Amin Rais yang tidak begitu bergaung, bahkan jadi tertawaan publik. Â
Stabilitas politik yang kuat menjadikan kepemimpinan Jokowi menghasilkan road map pembangunan masa depan Indonesia semakin jelas dengan nuansa nasionalisme yang kuat. Jokowi telah memberi teladan tentang bagaimana membangun negara ini dalam kerangka berfikir yang Indonesia sentris dengan tahapan-tahapan yang jelas dan aplikabel. Berbagai kemajuan yang diperoleh di masa kepemimpinan Jokowi menjadikannya sebagai role model kepemimpinan ideal negeri ini. Suksesi kepemimpinan nasional seakan hanya menyaratkan kriteria pemimpin dengan visi politik dan pembangunan yang kurang lebih sama dengan visi politik Jokowi.
Lima tahun bergabungnya Prabowo sedikit banyak telah menyamakan visi politiknya dengan Jokowi. Apalagi selama bergabung dalam pemerintahan Jokowi, nyaris tidak pernah terlihat adanya konflik interes ataupun ketidaksinkronan antara keduanya. Bahkan dalam banyak kesempatan, Prabowo menunjukkan apresiasinya yang besar terhadap visi dan kepemimpinan Jokowi. Itu sebabnya, Jokowi menaruh kepercayaan politik yang besar pada Prabowo sebagai penerus legacy-nya dalam pemerintahan dan pembangunan.
Pada banyak kesempatan, sepertinya Jokowi memproyeksikan kemungkinan memasangkan Prabowo dengan Ganjar Pranowo, tokoh dari PDIP yang memiliki karakter kepemimpinan populis yang hampir mirip dengan karakter Jokowi. Perpaduan keduanya memungkinkan stabilitas politik dan visi pembangunan era Jokowi yang kedua akan berlanjut.