Mohon tunggu...
Irfan Tamwifi
Irfan Tamwifi Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

Bagikan Yang Kau Tahu

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pak Jokowi, Mengapa Mengurus IMB Makin Ruwet dan Mahal?

8 Maret 2023   07:58 Diperbarui: 8 Maret 2023   07:58 1951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam berbagai kesempatan presiden Jokowi selalu gembar-gembor akan mempermudah perijinan, tapi pengalamanku mengurus IMB (Sekarang istilahnya PBG dan SLF) kali ini jauh dari fakta. Perubahan dari IMB ke PBG bukan menawarkan kemudahan seperti yang digembar-gemborkan presiden, tetapi sebaliknya, makin RUWET dan yang pasti biayanya jauh lebih MAHAL.

Dua bulan ini saya sedang mengurus IMB (saya tetap menggunakan istilah IMB biar familiar-pen) untuk sekolahan swasta yang saya kelola. Saya cukup percaya diri karena dua tahun sebelumnya pernah mengurus IMB sendiri dengan proses yang mudah dan masuk akal. Seperti SOP yang terpasang, tidak sampai sebulan IMB sudah turun.

Biaya mengurus IMB saat itu juga murah. Biaya paling mahal waktu itu cuma bayar "tukang gambar" gedungnya dan itupun bisa dinego sampai gratis karena untuk lembaga sosial. Setelah gambar siap, saya mengurus IMB sendiri di kantor PUPR kabupaten Nganjuk yang ternyata juga melibatkan beberapa instansi lain seperti Amdal. Tidak sampai 28 hari seperti SOP yang ditetapkan, IMB sudah selesai dengan biaya tak lebih dari sejuta rupiah. Biaya itupum sudah termasuk transport dan makan, tapi itu dulu..

Gembar-gembor presiden Jokowi yang mempermudah perijinan membuat saya makin percaya diri untuk mengurus IMB lagi yang nota bene diganti istilahnya menjadi PBG & SLF di kantor PUPR Nganjuk. Petugas yang saya temui kali ini berbeda dari sebelumnya, karena rupanya sudah terjadi pergantian pejabat. Berbeda dari dua tahu lalu, respon petugas PUPR kali ini berbeda dari petugas yang dulu saya temui. Sang peugas bukan menjelaskan prosedur dan langkah-langkah yang harus saya siapkan seperti dulu, tetapi malah bilang, "waduh sekarang mengurus IMB sangat rumit, tidak seperti dulu. Saya saja bingung". 

Dia menunjukkan di atas mejanya ada dua lembar persyaratan yang harus saya penuhi yang di dalam persyaratan itu masih ada setumpuk persyaratan lain yang katanya tidak kalah rumit. Seketika bayangan akan mengurus IMB semudah dulupun sirna, tapi karena butuh segera mengurus IMB, saya bertanya apa yang harus saya lakukan, tapi beliau tidak menjelaskan langkah-langkah proseduralnya.   

Dia malah menyarankan saya menggunakan jasa konsultan, tapi tidak asal konsultan. Konsultan itu, katanya, harus punya kwalifikasi ini itu yang tentu saja saya tidak paham persis maksudnya, karena di luar bidang saya. Intinya penjelasannya, konsultan itu orang yang expert dan punya kwalifikasi yang disyaratkan pemerintah.  

Tentu saja penjelasan itu bukan membuat proses yang harus saya lalui makin jelas, tapi sebaliknya, tapi dari pada buang-buang waktu mengurusi hal-hal teknis yang katanya begitu rumit, saya nurut saja untuk menggunakan jasa konsultan yang dia rekomendasikan. Saya pikir, kalaupun harus keluar biaya sedikit lebih banyak tidak masalah, karena kalau ada yang mengurus tentu akan membuat saya bisa lebih fokus bekerja.  

Setelah menunggu sekitar dua minggu kemudian, petugas PUPR memberikan kontak konsultan yang direkomendasikan dan sayapun mendatangi sang konsultan. Saya mengira konsultan itu orang yang sangat paham apa yang akan saya konsultasikan, tapi rupanya saya salah menduga, sebab yang saya jumpai sama sekali tidak seperti konsultan pada umumnya.

Konsultan apapun biasanya mampu membuat klien lebih mudah memahami permasalahan yang dihadapi dan bila perlu mampu memberi gambaran dan alternatif-alternatif apa saja yang bisa dipilih oleh klien, tapi kali ini sama sekali tidak seperti itu. Saya berhadapan dengan orang yang sama sekali tidak tampak sebagai konsultan, bahkan tidak lebih paham tentang apa yang akan saya konsultasikan dibanding orang yang seharusnya menjadia kliennya. 

Saya malah dibikin emosi mendengar jawabannya tentang apa saja langkah-langkah yang harus saya lakukan untuk mengurus IMB, sebab dia malah bilang, "Ini nanti butuh waktu lama, pak", jelasnya singkat. "Lama itu berapa hari?" sahutku. "Bisa dua tiga bulan atau lebih" jawabnya tanpa ekspresi dan spontan membuat emosi saya naik. "Bagaimana bisa, di situs PUPR SOP proses mengurus IMB itu tidak lebih dari 28 hari!!", sahutku, tapi dia hanya diam. 

Lagi-lagi saya kaget saat dia bilang biaya gambar gedungnya 50 ribu per-meter. Ini termasuk murah karena katanya, di Kediri harganya 75 ribu per-meter. Tentu saja saya menyergah, karena saya baru saja pesan ke sebuah pengembang gambar gedung dua lantai lengkap dengan animasi 3D yang harganya cuma 25 ribu per-meter. Bahkan kalau untuk kepentingan sosial dan keagamaan bisa diberikan separuh harga atau malah seikhlasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun