Saat menyelesaikan kuliah, mahasiswa biasanya dihadapkan pada keharusan menyusun tugas akhir, yaitu melakukan penelitian dan menulis karya ilmiah di bawah bimbingan seorang dosen. Proses bimbingan sebenarnya sederhana saja. Mahasiswa bertugas mengerjakan penelitian dan menulis laporan, sedang dosen bertugas memberi koreksi, saran dan masukan.
Hanya saja, karakter dosen-dosen tertentu kadang membuat proses yang seharusnya sederhana berubah menjadi rumit. Mahasiswa yang bernasib apes karena harus berhadapan dengan dosen sulit dihadapkan pada kesulitan tambahan yang tak jarang jauh lebih sulit dibanding penulisan karya ilmiah itu sendiri.
Situasi tersebut tak jarang membuat mahasiswa tertekan, bahkan putus asa. Sebagian yang tak mampu mengendalikan emosi dapat memilih jalan pintas bahkan cara-cara irasional, seperti "menjahitkan" karya ilmiah pada orang lain, main suap, hingga ke paranormal.
Tanda-tanda dosen sulit sebenarnya dapat dikenali. Hanya saja, maka kebanyakan mahasiswa kurang mengenalinya karena karena berhadapan dengan dosen pembimbing pada umumnya merupakan pengalaman pertama. Di antara tanda-tanda dosen pembimbing atau bahkan penguji yang termasuk kategori manusia sulit adalah sebagai berikut.
1. Â Melecehkan
Sebagian dosen lupa bahwa mereka pernah menjadi mahasiswa. Mereka memandang rendah, tidak respek, pada mahasiswanya, seolah manusia paling hebat di dunia. Padahal, dosen seperti itu biasanya tak punya karya menonjol, selain jabatan politik di kampus. Bisa jadi saat mahasiswa dulu mereka mendapat perlakuan yang lebih buruk, sehingga merasa perlu menjadikan mahasiswa sebagai korbannya.
Mereka tak segan menggunakan ungkapan-ungkapan melecehkan pada mahasiswa yang tak jarang membuat mental mahasiswa runtuh (down). Selain menimbulkan beban mental pada mahasiswa, ungkapan-ungkapan melecehkan biasanya menyulitkan komunikasi antara mahasiswa dengan sang dosen.
2. Â Koreksi dan Saran tak jelas
Tak jarang mahasiswa tak paham apa yang dipermasalahkan oleh dosen pada karya ilmiahnya. Kadang dosen hanya hanya nyerocos tanpa mampu dipahami mahasiswanya, atau menyarankan sesuatu tanpa mendengar pendapat mahasiswanya, kecuali sang mahasiswa memang tidak lebih memahami yang dia kerjakan dibanding dosennya. Padahal apapun rupa karyanya, mahasiswa sendiri yang harus mempertanggungjawabkannya di hadapan penguji maupun pembaca.
Dosen yang seharusnya membantu memberi pencerahan, tak jarang justeru membuat pemahaman mahasiswa terhadap subyek penelitiannya semakin gelap. Akibatnya, banyak karya akhir mahasiswa berubah-ubah, tanpa jelas sebabnya. Mahasiswa hanya berfikir bagaimana kuliah cepat selesai tanpa peduli paham atau tidak pada apa yang dikerjakannya.
3. Â Mudah marah