Dalam kegiatan Bimtek Menulis dan Menerbitkan Naskah Buku, penulis sering ditanya bagaimana cara mencari ide untuk menulis naskah buku.
Sejujurnya penulis sampaikan, tidak pernah mencari ide untuk menulis buku dengan judul atau tema tertentu. Sebagai penulis produktif yang sudah terasah intuisi menulis, melihat apa saja bisa memantik gagasan atau ide.Â
Bagi orang yang belum biasa menulis, membaca buku tidak memunculkan gagasan untuk menulis sebuah buku. Namun, bagi seorang yang memiliki kemampuan menulis, membaca buku sama artinya dengan sedang menambah pengetahuan untuk memperkuat gagasan, atau memperkaya tulisan yang akan kita buat.
Suatu hari penulis membaca buku nonfiksi, jenis referensi berjudul Amerika Utara. Buku terjemahan itu menyajikan gambaran tentang benua Amerika, khususnya Amerika utara sejak zaman terbentuknya benua itu sampai saat ini. Banyak yang diungkap dalam buku itu, yakni tanah, tanaman, hewan, dan juga perkembangan penduduk di sana.Â
Satu hal yang penulis amati ialah perkembangan hewan. Menurut buku itu, hewan-hewan mengalami evolusi, perubahan yang lambat, yang dari zaman ke zaman mengalami perubahan. Penulis tertarik pada bagian perubahan hewan ini. Di situlah saya menemukan sebuah ide atau gagasan.
Ide atau gagasan yang muncul ketika penulis melihat hewan di zaman itu, ialah bagaimana cara menghidupkan kembali hewan-hewan masa lalu itu ke dalam zaman kekinian. Yang dimaksud dengan zaman purba di sini ialah zaman setelah zaman Dinosaurus, yang hewan-hewannya khas, seperti triceratops, mammots, velociprator, atau sejenisnya, tetapi hewan-hewan yang muncul di zaman Oligosen.
Oligosen adalah suatu kala pada skala waktu geologi yang berlangsung dari sekitar 34 hingga 23 juta tahun yang lalu. Seperti periode geologi yang lebih tua lainnya, lapisan batuan yang membedakan periode ini terdefinisi dengan jelas, tetapi waktu awal dan akhirnya agak kurang dapat dipastikan.Â
Namanya berasal dari bahasa Yunani oligos ("beberapa") dan ceno ("baru"), dan merujuk pada sedikitnya penambahan mamalia modern setelah peledakan evolusi pada kala Eosen. Oligosen melanjutkan kala Eosen dan diikuti oleh Miosen dan merupakan kala ketiga dan terakhir pada periode Paleogen.
Awal Oligosen ditandai dengan kepunahan massal yang mungkin berhubungan dengan tumbukan objek luar angkasa yang ditemukan di Siberia dan dekat Chesapeake Bay. Batas antara Oligosen dan Miosen tidak dapat ditentukan secara mudah dengan suatu peristiwa, melainkan merupakan batas yang semu antara Oligosen yang lebih hangat dengan Miosen yang relatif lebih dingin.
Hewan-hewan di zaman Oligosen, ini khas dengan bentuk-bentuk yang sedikit berbeda dengan hewan saat ini, misalnya tupai dikenal dengan nama leptomerik, ada hyena alias dubuk, smilodon si harimau taring panjang, atau lainnya. Selain zaman Oligosen di masa tersier alias zaman kapur, ada zaman Pliosen, dan Miosen. Jarak antara zaman itu dalam kisaran jutaan tahun, sehingga ada perubahan bentuk hewan berdasarkan teori evolusi.
Teori evolusi merupakan teori yang menyatakan bahwa terjadi perubahan hewan dalam waktu yang panjang. Lawan dari evolusi ialah revolusi, atau perubahan yang cepat. Nah, bagaimana cara membuat hewan-hewan sekarang, dalam bentuk saat ini, berubah menjadi bentuk masa lampau, yakni zaman Oligosen.