Yg bilang bpjs itu banyak membantu itu mungkin lupa, bahwa sebelum ada bpjs, sudah ada sistem jaminan kesehatan di Indonesia. Mulai dari jamkesmas sampai askes, mulai dari yang dibantu ditanggung oleh pemerintah sampai yg berbayar potong gaji. Memang tidak semua kalangan dicover, tapi tidak semua juga memerlukan asuransi kesehatan, terlebih asuransi kesehatan amatir.Â
Yang membuat bpjs itu booming, dikatakan banyak membantu itu, karena sistem pendataan yg digalakkan. Ketika pendataan itu dilakukan dengan serius, maka ketahuan siapa2 yg kurang mampu dan dapat dimasukkan kedalam program jaminan kesehatan yg ditanggung pemerintah. Lalu, mereka bisa melakukan pengobatan yg baik dan benar.
Bpjs? Sejak awal sudah dipaksakan, lalu dikatakan, baru seumur jagung, nanti kalau sudah berjalan beberapa tahun, pasti sistem nya akan lebih baik. Ternyata, setelah beberapa tahun lewat, malah defisit.
Perbaikan sistem nenek lo!!!
Jadi ingat iklan bpjs awal2 itu, dari ulat, menjadi kepompong, lalu berubah menjadi kupu-kupu. Hari ini koq saya melihat yg keluar dari kepompong itu malah vampir.
Permasalahan defisit ini sebenarnya selain daripada ketidak patuhan peserta untuk membayar premi bulanan, juga karena tata kelola keuangan yg tidak transparan. Kenapa transparansi menjadi masalah, karena dengan adanya transparansi tersebut, maka pemerintah dan masyarakat dapat melakukan kontrol keuangan terhadap bpjs ini.Â
Jadi, di jaman keterbukaan ini, bpjs malah "tutup horden balaikota", lalu dengan gagahnya menyalahkan masyarakat penunggak iuran tanpa melakukan koreksi diri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H