Mohon tunggu...
Nasibah Huriyyatul Jannah
Nasibah Huriyyatul Jannah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling

Speaking English✨

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengenal Narcissistic Personality Disorder

1 November 2023   09:00 Diperbarui: 1 November 2023   10:37 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada era modern yang terus berkembang dengan berbagai macam kemajuan teknologi ini, pengunaan media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan banyak orang. Mulai dari anak-anak hingga lanjut usia pun tidak mau kalah dalam penggunaan media sosial. Namun dengan maraknya penggunaan media sosial ini, prilaku narsisme meningkat karena media sosial memberi kemudahan bagi penggunanya untuk mengekspresikan diri. Sebenarnya apa sih yang dinamakan Narcissistic personality disorder atau yang sering disebut prilaku narsistik ini?

Dalam dua dekade terakhir ini, media sosial telah menjadi salah satu inovasi yang paling berpengaruh dalam dunia digital. media sosial menciptakan jaringan global yang menghubungkan jutaan orang di dunia dengan berbagai platform yang bisa digunakan mulai dari whatsApp, facebook, instagram, line, dan sebagainya. Tentu saja media sosial memudahkan kita dalam berbagai aspek kehidupan seperti komunikasi, pengetahuan, dan pekerjaan. Namun tidak bisa dipungkiri media sosial juga memiliki dampak yang buruk bagi diri kita khususnya kesehatan mental kita. Salah satu dampak dari media sosial yakni melahirkan sikap dan prilaku narsistik yang dinamakan Narcissistic personality disorder yang dapat mengganggu kesehatan mental kita.

Kata narsistik merupakan keturunan dari kata nersisme. Kata narsisme diambil dari nama pemuda tampan bernama Narcissus pada zaman Yunani Kuno. Dengan bercermin di atas kolam Narcissus kerap mengagumi dirinya. Dalam kehidupannya dia selalu mencoba untuk menjalani hubungan dengan seseorang namun selalu gagal karena belum ada yang ia kagumi melebihi dirinya. Akhirnya ia putus asa dan memutuskan untuk bunuh diri karena keinginannya untuk menjalin hubungan dengan seseorang yang memiliki kelebihan dirinya tidak terpenuhi (Engkus, 2017).

kepribadian narsistik merupakan gangguan kepribadian yang ditandai oleh self-image yang membumbung serta tuntutan akan perhatian dan pemujaan. Hal tersebut dilakukan oleh individu dengan kepribadian narsis guna menutupi perasaan-perasaan hampa yang dialaminya. Individu dengan gangguan kepribadian narsistik merasa bahwa dirinya spesial, ambisius, dan suka mencari ketenaran serta sulit untuk menerima kritik dari orang lain (Nevid J, 2005).

Orang dengan gangguan kepribadian narsistik terkadang sering merasa kecewa pada dirinya sendiri dan kemudian mencari orang yang dianggapnya ideal dengan tidak mengizinkan orang lain untuk menjalin hubungan. Jika seseorang terlihat bersaing dengannya, dia menjadi marah dan berusaha menyingkirkan orang tersebut (Davidson, 2010).

Gangguan ini mengenai hampir 1% populasi dewasa dan biasanya mulai pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa.  Pada laki-laki biasanya gangguan ini mulai pada usia lebih muda yaitu 15-25 tahun sedangkan pada perempuan lebih lambat yaitu sekitar 25-35 tahun.  Insiden gangguan kepribadian lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan (Sari, 2016).

Salah satu kasus pernah disebutkan beberapa waktu yang lalu, dalam kasus perselingkuhan Virgoun, Inara Rusli sang istri menyebutkan bahwa Virgoun mengidap gangguan Narcissistic Personality Disorder (NPD). "Nggak ada yang akan pernah ngerti kalau belum pernah berhadapan dengan NPD abuser," tulis Inara dalam akun Instagram-nya (Detik.com).

Banyak faktor yang menyebabkan munculnya gangguan kepribadian narsistik ini. Faktor genetik menjadi salah satu penyebabnya, bila ada keluarga yang memiliki riwayat narsistik maka ada kemungkinan terjadi pada turunannya. Adapun faktor neurobiologi yaitu hubungan antara otak dengan pola pikir dan prilaku. Beberapa ahli berpendapat, bahwa gangguan kepribadian narsistik terjadi karena ketidakmampuan anak meniru empati orang tuanya, terutama pada tahap awal perkembangan anak, dimana anak menjadi anak terfiksasi pada tahap perkembangan berikutnya. Akibatnya, setelah dewasa mereka belum menemukan hasil dalam mencari sosok ideal untuk memenuhi kebutuhan empatinya (James, 2008). Gangguan kepribadian narsistik ini juga muncul dari kombinasi pujian orang tua dan penolakan. Memanjakan anak berlebihan dan pengabaian orang tua terhadap anak merupakan pemicu munculnya gangguan keperibadian narsistik (Husni, 2019). Faktor kontrol diri juga ternyata berpengaruh terhadap gangguan kepribadian narsistik ini, semakin tinggi tingkat kontrol diri yang dimiliki oleh individu, maka semakin rendah tingkat narsisme pada media sosial dan sebaliknya. individu yang memiliki kemampuan kontrol diri baik, mampu mengarahkan, membimbing dan membatasi perilakunya ketika menggunakan media sosial dengan memikirkan manfaat dan dampak yang ditimbulkan (Nanik, 2014).

Gejala yang dialami oleh penderita narsistik bisa berupa tidak sabar atau marah bila tidak mendapatkan perlakuan yang diharapkan; mengalami masalah pada diri sendiri hingga mudah tersinggung; mudah marah atau menghina dan merendahkan orang lain agar terlihat superior; merasa sulit mengatur perasaan dan perilaku, serta mengendalikan stres dan beradaptasi terhadap perubahan; merasa tertekan dan murung ketika tidak mencapai kesempurnaan yang diharapkan; memiliki perasaan rendah diri, malu, lemah dan terhina yang disembunyikan (yankes,kemkes).

Sebagai calon guru bimbingan dan konseling, bagaimana cara kita bisa membantu siswa untuk melatih dirinya agar bisa mengontrol dan mengendalikan motif-motif emosi yang mengarah pada sikap dan perilaku narsistik. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengamatan terhadap perilaku individu terhadap orang lain untuk mengetahui motif munculnya perilaku tersebut berasal dari motif narsistik atau bukan. Kita juga bisa memberi pemahaman dan mengajak mereka agar mereka dapat memahami dan menghadapi kenyataan yang sebenarnya, karena prilaku narsistik cenderung memiliki khayalan dan imajinasi yang berlebihan.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Narcissistic personality disorder ini adalah gangguan kepribadian yang dapat mengganggu kesehatan mental kita. Maraknya penggunaan media sosial membuat orang berprilaku seperti berusaha menarik banyak pengikut, ingin selalu memamerkan hidupnya, haus akan pujian, tidak suka jika ada yang lebih baik darinya, merasa stres saat dia tidak menjadi pusat perhatian, dan banyak lagi. Jadi salah satu cara yang bisa dilakukan semua orang untuk menghindari terkena gangguan ini adalah batasi pengunaan media sosial dan pergunakan media sosial ini dengan bijak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun