Awalnya, Jaden sering mengirim kabar, mengisahkan kehidupannya di kota. Namun, perlahan komunikasi mereka memudar.
    Setahun berlalu, dua tahun, hingga akhirnya enam tahun tanpa kabar dari Jaden. Luna hanya mendengar isu-isu bahwa sahabatnya kini telah menjadi orang sukses, bekerja di perusahaan besar.
    Luna memutuskan ke kota untuk menemui jaden dan mencari pekerjaan. Ketika akhirnya sampai di kota. Ia melihat jaden mengenakan jas rapi dan berjalan bersama rekan-rekan kerjanya, Luna melambalkan tangan.
"JADEN" panggilnya.
Jaden menoleh, kaget melihat wajah yang ia kenal itu. Namun, ekspresinya pangsung berubah dingin.
"Luna? Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya.
"Aku datang menemuimu. Kau janji akan membantuku, kan?" Â Luna tersenyum, berharap.
Namun, Jaden hanya tersenyum tipis. "Raka, hidupku sekarang berbeda. Aku sibuk,
dan... maaf, aku tidak bisa membantumu"
Jaden terdiam, merasa bersalah. Namun, ia tetap memilih melupakan, meninggalkan Luna berdiri sendiri di tengah keramaian kota.
Hari itu, Luna sadar bahwa tidak semua janji sahabat akan ditepati. Meski hatinya hancur, ia memutuskan untuk melangkah pulang ke desanya nembawa pelajaran berharga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H