Mohon tunggu...
Muhammad Nashihun
Muhammad Nashihun Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya biasa dipanggil Annas, lahir dipinggiran kota kecil salatiga, pendidikan terakhir Teknik Geodesi UGM. Sekarang tinggal di pamulang tangerang, sebagai pedagang online untuk alat-alat pemetaan dan GPS (www.gpsmurah.com) Sudah berkeluarga dan mempunyai satu orang anak, hampir dua. Interest ke teknologi kebumian, gadget, internet marketing, online store, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mumbai, Bukan Tempat Impian

18 Agustus 2010   13:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:55 6823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_230836" align="alignleft" width="300" caption="Foto dari Google"][/caption] Setelah hampir enam jam di udara, tengah malam itu pesawat Malaysia Air Line yang saya tumpangi mulai mengurangi ketinggian menuju ke Bandara Mumbai. Semakin mendekati bandara, tampak lampu-lampu dari rumah-rumah penduduk seperti kunang-kunang dari ketinggian, rapat sekali. Mumbai benar-benar kota yang sangat padat penduduk, mirip Jakarta. Di bayangan saya, India adalah negara yang sangat indah seperti di film-film bollywood. Rumah-rumah mewah dan gadis-gadis cantik yang selalu menjadi ikon film India. Tapi begitu saya keluar dari Bandara Mumbai, apa yang saya bayangkan tersebut ternyata salah. Di depan bandara, parkir taksi berserakan tak beraturan, armada yang di pakai berupa sedan-sedan tua tahun delapan puluhan mungkin. Suasananya juga semrawut dan terkesan jorok, banyak orang kencing disembarang tempat sehingga aroma pesing menyengat tercium di beberapa sudut di bandara. [caption id="attachment_230568" align="aligncenter" width="300" caption="Armada taksi di Mumbai"][/caption] Setelah beberapa lama menunggu dan negosiasi akhirnya saya mendapatkan taksi yang mengantarkan saya ke Hotel. Lalu lintas di Mumbai juga kacau balau kalau dan semrawut . Saling salip, saling potong, main terobos, wow lebih parah dari Jakarta. Sopir taksi yang mengantar saya ngebut menerobos kemacetan di tengah malam itu. Hotel yang sudah dipesankan dari Jakarta, ternyata terletak di lingkungan padat di dekat pasar di tengah Kota Mumbai. Hotel ini sangat mahal, hampir dua juta kalau dirupiahkan tetapi kalau dilihat dari gedung dan fasilitasnya mirip hotel melati di Jakarta. [caption id="attachment_230591" align="aligncenter" width="300" caption="Hotel di Mumbai"][/caption] Mumbai sebenarnya bukan tujuan utama saya ke India, saya hanya transit sekitar sepuluh jam sebelum melanjutkan perjalanan ke Goa. Makanya saya tidak sempat menjelajahi kota ini. Bangun pagi setelah sholat dan mandi, saya menuju restorant hotel, ternyata harga hotel yang saya bayar belum termasuk breakfast, saya masih harus menambah sekitar sepuluh dolar untuk breakfast. Dan lidah saya ternyata tidak bisa menikmati masakan India yang sangat tajam aroma rempah-rempahnya. Makanya hanya roti bakar dan omlet saja yang bisa masuk ke perut saya. [caption id="attachment_230610" align="aligncenter" width="300" caption="Jalanan di Mumbai"][/caption] Karena masih ada sedikit waktu, saya coba jalan-jalan ke sekitar hotel di Mumbai. Infrastruktur disini benar-benar gak teratur. Kabel listrik semrawut, rumah-rumah padat tidak tertata, lobang-lobang terlihat menganga di tepi jalan raya, lebih parah dari kondisi di Jakarta. Angkutan umum, bus-bus tua berseliweran, orang menyeberang di sembarang tempat, toko-toko tidak tertata rapi. Pemandangan menarik ketika saya lihat dari lantai empat hotel tempat saya menginap, perumahan yang benar-benar kumuh dengan kabel listrik bergelantungan tidak jelas. [caption id="attachment_230809" align="aligncenter" width="300" caption="Perumahan Penduduk dilihat dari lantai 4"][/caption] Waktu masih sekitar satu jam lagi, sebelum berangkat ke bandara, saya coba masuk ke pasar tradisional, suasananya mirip sekali dengan pasar tradisional di Indonesia.  Lapak-lapak digelar di sepanjang jalan, ada bawang merah, bawang putih, sayur mayur dijajakan. Tampak kuli-kuli angkut berseliweran mengangkut sayur mayur dari truk tua di yang parkir di tepi jalan. [caption id="attachment_230615" align="aligncenter" width="300" caption="angkutan umum"][/caption] [caption id="attachment_230819" align="alignleft" width="300" caption="Suasana Pasar di Mumbai"][/caption] Begitulah sekelumit kisah perjalanan saya ke Mumbai, kota yang dulu terkenal dengan Bombay ini memang terkenal daerah yang sangat padat di India. lebih dari dua puluh juta penduduk tinggal di Kota ini. Mungkin ada tempat - tempat yang bagus di Mumbai, cuma karena saya waktunya mepet tidak sempat eksplorasi lebih jauh tempat-tempat wisata di Mumbai. Petugas hotel disana juga kurang informatif mengenai tempat-tempat yang bagus di Mumbai. Jam menunjukkan pukul 11.10 waktu setempat, waktunya saya ke Bandara untuk melanjutkan perjalanan ke Goa, yang katanya terkenal dengan pantainya yang indah dan terkenal dengan Kota Seribu gereja, karena banyak peninggalan- peninggalan gereja tua peninggalan Portugis di Goa. Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun