Mohon tunggu...
Narwanto Terasspeda
Narwanto Terasspeda Mohon Tunggu... wiraswasta -

Menulis sambil tungguin Ternak Sepeda beranak pinang,

Selanjutnya

Tutup

Catatan

BBM Naik April, Terima Kasih SBY-JK

20 Maret 2012   09:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:42 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13322347091166002615

[caption id="attachment_167288" align="alignnone" width="483" caption="sumber: http://www.facebook.com/#!/pages/E100/227268729878"][/caption]

Tidak penting siapa pencetus asli ide program konversi minyak tanah ke gas saat itu, SBY atau JK-kah? Yang jelas kebijakan itu diambil pada masa beliau berdua berkuasa menjadi pasangan yang serasi saat itu. Diterim muluskah? Yang ada unjuk rasa demo sana demo sini, bentrok, tolak sana-sini, belum lagi ledakan-ledakan yang menghebohkan, menambah sederet catatan panjang jadwal kegiatan organisasi mahasiswa, organisasi masyarakat, aparat berwenang, awak media, pengguna jalan termasuk juga para penjaja makanan dan minuman dilokasi saat itu yang menjadi sebuah lingkaran keterkaitan erat yang baik saling menguntungkan atau sebaliknya.

Pesimis dan tidak sedikit juga yang optimis, namun condongnya justru pesimis. Benar adanya jika apa yang kita lihat, dengar dan rasakan saat itu hingga kini peran media memang mampu mempengaruhi pola pikir kita, belum lagi peran sebuah iklan, beragam persepsi muncul dari otak kita. Tetap saja, siapa yang berhasil merubah persepsi dialah yang punya kepentingan melalui media tentunya.

Teringat dengan tulisan Prof. Rhenald Kasali PhD Guru Besar FE UI bahwa “dunia pencitraan memiliki dua mazhab. Yang pertama mazhab propaganda dan yang kedua mazhab integrity. Mazhab propaganda adalah warisan dari era peperangan yang percaya bahwa ‘musuh’ harus ditaklukkan dengan memanipulasi pikiran para prajurit di negeri seberang bahwa jenderal (panglima) mereka telah berhasil ditaklukkan atau dipermalukan. Berbagai fakta-fakta bohong diciptakan dan disebarkan sehingga terkesan dapat dipercaya”.

Kini kita berada di dunia teknologi informasi, sehingga cara-cara tersebut berpindah ke pendekatan media elektronika seperti TV serta virtual seperti halnya internet. Disinilah “manipulasi persepsi” bisa diciptakan dengan segudang pakar bisa lewat media periklanan, berita, talk show bahkan reality show misalnya, dan masih tentang pendapat Prof. Rhenald Kasali PhD bahwa ada benarnya juga “jika apa yang ditangkap melalui persepsi membentuk pandangan tentang realitas.” Itulah yang terjadi saat ini.

Saat saya hadir disebuah acara Kompasiana Blogshop N5M yang diadakan oleh iB Perbankan Syariah untuk para kompasianer Surabaya, Iskandar Zulkarnaen dari KOMPAS.com hadir sebagai salah satu pemateri menyampaikan dalam slide presentasinya bahwa “konten gambar bermakna 1000 kata sedangkan video paling efektif pengaruhi audience”. Sepertinya memang betul adanya, saat ini pengaruh media berkonten video dalam kemasan apapun itu sungguh memegang peranan penting dalam membentuk opini publik akan isu-isu yang terjadi di masyarakat saat ini, bahkan masing-masing individu bisa saling memanfaatkan media yang memang butuh berita yang bernilai "jual" dan potensial.

Kini, hingga menjelang April mendatang yang paling hangat adalah membicarakan harga BBM subsidi yang bakal naik. Sebagai alasannya seperti yang disampaikan pemerintah melalui Menteri ESDM Jero Wacik, adalah dikarenakan overkuota yang dipicu oleh peningkatan pembelian kendaraan bermotor (mobil dan motor) tiap tahunnya dan diluar ramalan sebelumnya, gagalnya konversi  ke BBG dan adanya migrasi dari BBM non subsidi ke subsidi. Nah, ditambah lagi pemberitaan penolakan-penolakan melalui unjuk rasa di berbagai daerah hingga berujung bentrok baik yang dilakukan oleh mahasiswa bahkan para pekerja atau buruh, pemberitaan yang menitik beratkan penolakan hingga pengamanan sejumlah SPBU, antisipasi penimbunan BBM yang akhirnya banyak ditemukan dibeberapa tempat, sehingga audience yang dalam hal ini adalah pengguna, pembaca, pemirsa media elektronika dan virtual dihipnotis oleh “praktek” bumbu-bumbu manipulasi persepsi.

Belum terdengar dan terlihat pemberitaan tandingan agar tampak berimbang yang seharusnya manipulasi persepsi bisa kita arahkan kepada sebuah ajakan mencarikan solusi jangka panjang dalam mengatasi gejolak harga BBM ini. Sebab, mengutip tulisan Menteri BUMN Dahlan Iskan di Manufacturing Hope #17 "Terbukti, Siapapun presidennya, kapan pun masanya, harus menaikkan BBM". Jadi kenaikan harga BBM memang tidak bisa dihindari, artinya pemakaian BBM harus dicarikan solusi penggantinya atau minimal negara ini bisa mengurangi ketergantungan penggunaan BBM. Pencari-pencari solusi inilah yang harus dipicu agar mau muncul kepermukaan dan mendapat dukungan penuh oleh pengambil kebijakan, walaupun ada sepertinya masih kurang terdengar, terlihat bahkan terbaca dan seolah-olah mereka bekerja sendiri-sendiri saat ini, belum lagi akan diteriaki cuma sebagai upaya pengalihan isu saat ini.

Bahkan, pada keadaan seperti ini, justru bisa menjadi bahan pidato politik yang disampaikan didepan kader oleh salah satu politisi yang kebetulan menjabat menjadi ketua umum dari partai tersebut, beliau mengatakan "Kecuali Presiden BJ Habibie yang dalam masa transisi. Bedanya Presiden sebelum Presiden SBY tidak melakukan program perlindungan bagi rakyat kecil, belum pernah menurunkan harga BBM. Kalau Presiden SBY sudah pernah menaikkan dan menurunkan harga BBM.”

Agenda-agenda unjuk rasa bertebaran dimedia, terutama media sosial yang kini menjadi media komunikasi yang tak terbatas, semakin mudah dimanfaatkan oleh siapapun untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Seperti informasi yang disampaikan oleh salah satu media radio ternama di Surabaya yang aktif di salah satu media sosial facebook mengupdate informasi tentang rencana aksi unjuk rasa besar-besaran menjelang kenaikan BBM hingga 1 April 2012 mendatang.

Sebuah ironi, satu sisi hal ini menggambarkan sebuah keadaan yang sedang bergejolak, satu sisi hal ini sebuah informasi bagi yang tidak berkepentingan untuk bisa mengantisipasi dampak dari kegiatan tersebut, bagi pelaku bisnis, pekerja, pengguna akses jalan bahkan penjual makanan dan minuman bisa mempersiapkan diri jika memang event tersebut jadi digelar. Semoga, unjuk rasa besar-besaran penolakan kenaikan harga BBM kali ini tidak menambah pemborosan penggunakan BBM ketika unjuk rasa berlangsung nantinya. Aneh bukan, ketika menuntut BBM yang semakin mahal namun dihambur-hamburkan?

Namun, kembali lagi ke salah satu kebijakan pemerintah yang saat itu hampir sama keadaannya dan mengalami penolakan-penolakan besar namun kini justru secara tidak sadar telah terasa manfaatnya, yaitu konversi minyak tanah ke gas. Andaikan saat itu pemerintah tidak melanjutkan program tersebut, kira-kira suara apalagi yang akan diteriakkan dengan lantang oleh ibu-ibu yang bergelut langsung dengan dampak kenaikan harga BBM ini. Berapa harga minyak tanah yang harus ditebus saat ini jika program konversi saat itu gagal atau ditunda-tunda? Kali ini, terima kasih Pak SBY dan terima kasih Pak JK, seolah kebijakan bapak saat itu sedikit terlupakan untuk saat ini karena dampak manipulasi persepsi yang begitu kuat dinegeri ini.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun