"Ada apa Mbak?"
"Saya perhatikan, belakangan ini kamu sering melamun, Mas Parmin. Ada apa?' jawab Mbak Rus, yang selalu memanggil untuk semua karyawan laki-laki dengan sebutan Mas.
"Mbak Rus rupanya memperhatikan saya, ya? Ah, tidak ada apa-apa kok Mbak." Parmin berusaha mengelak.
"Masa tidak ada apa-apa kok melamun? Cerita sama Mbak Rus. Barangkali Mbak bisa membantu Mas Parmin," pinta Mbak Rus dengan senyum yang memikat.
"Tidak Mbak. Terimakasih," jawab Parmin singkat.
Parmin menyadari, meski dia miskin namun tidak mau merepotkan orang lain. Bahkan dalam keadaan seperti saat ini. Bingung menuruti keinginan istrinya. Mbak Rus adalah wanita cantik. Namun sebenarnya dia tersiksa sebagai seorang istri yang suaminya sering berpaling ke wanita cantik. Bahkan sampai saat ini.
Percakapan itu berlanjut menjadi obrolan yang boleh dibilang curhat istilah anak mudanya. Mbak Rus menceritakan kekesalannya terhadap suaminya, hingga Mbak Rus sangat senang apabila ada lelaki yang mau diajak ngobrol, sekedar melepas kegelisahan hatinya.Â
Rupanya Parmin tidak keberatan menanggapi obrolan Mbak Rus. Paling tidak dia tidak sering melamun lagi di kantin. Hingga hampir setiap hari Parmin selalu setia mendengarkan cerita-cerita Mbak Rus yang sebagian besar adalah tentang masalah diri Mbak Rus.
"Terimakasih Mas Parmin mau ngobrol dengan Mbak Rus. Mas Parmin jangan sungkan-sungkan bila perlu bantuan Mbak," pinta Mbak Rus untuk kali kesekian.
"Terimakasih Mbak. Mbak begitu baik, namun saya tidak mau merepotkan Mbak Rus. Terimakasih, saya kembali kerja Mbak."
Parmin pun segera meninggalkan kantin dan ketika sirine meraung-raung ke penjuru pabrik.