Mohon tunggu...
Narul Hasyim Muzadi
Narul Hasyim Muzadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Language education

Belajar mencoret

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengapa yang Terdekat Sering Menjadi Tempat Pelampiasan?

29 Januari 2025   04:20 Diperbarui: 29 Januari 2025   15:25 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siluet keluarga | Image by ICF MAKATI

Kalau dipikir-pikir, kenapa ya kita sering lebih sabar sama teman dibanding keluarga sendiri? Ketika teman datang curhat soal masalah yang sama berulang kali, kita mendengar dengan sabar dan bahkan kasih saran.

Tapi, giliran keluarga di rumah ngomong sesuatu yang mengganggu suasana hati, tiba-tiba rasanya pengen ngomel. Capek rasanya kalau habis ada masalah di luar, terus sampai rumah malah ditambah obrolan yang nyerempet konflik.

Ada banyak orang yang merasa hal ini terjadi. Padahal, secara logis, keluarga adalah tempat yang seharusnya paling nyaman, tapi malah sering jadi tempat pelampiasan.

Ekspektasi yang Keliru Keluarga Pasti Paham”

Salah satu alasan utamanya adalah ekspektasi. Kita sering menganggap keluarga harus memahami apa yang kita rasakan tanpa perlu dijelaskan. Contohnya, saat kita lelah setelah seharian bekerja atau kuliah, ada harapan bahwa anggota keluarga langsung tahu dan memberi kita ruang tanpa harus banyak bertanya.

Kita mikir, "Ah, nggak apa-apa, mereka pasti ngerti kok," atau "Mereka nggak bakal ninggalin aku." Nah, ketika ekspektasi ini tidak terpenuhi, maka kita merasa frustrasi.

Dari perspektif psikologi, fenomena ini disebut sebagai emotional dumping. Michael Ungar, dalam bukunya Change Your World: The Science of Resilience and the True Path to Success (2019), menjelaskan bahwa kita cenderung melampiaskan emosi negatif kepada orang-orang yang kita anggap aman dan tidak akan meninggalkan kita, meskipun perilaku kita menyakitkan.

Nah, keluarga sering jadi “sasaran empuk” karena kita tahu mereka akan tetap ada, meskipun kita sedang tidak dalam kondisi terbaik.

Sementara itu, ke teman, kita cenderung lebih menahan diri. Kenapa? Karena kita takut kalau mereka bakal menjauh seiring dianggap terlalu emosional atau nggak asyik. Jadi, tanpa sadar kita memasang “topeng kesabaran” biar hubungan sama teman tetap baik-baik saja.

Tempat Paling Dekat, tapi Kadang Paling Terabaikan

Keluarga itu unik. Mereka adalah orang yang paling sering ketemu sama kita setiap hari. Sayangnya, karena terlalu sering bertemu, kita jadi terbiasa. Kebiasaan ini kadang membuat kita lupa untuk menghargai mereka. Kita lupa bilang "makasih" untuk hal-hal kecil yang mereka lakukan, dan malah fokus ke hal-hal yang bikin kita tidak nyaman.

Misalnya, ibu yang bertanya soal pekerjaan atau kuliah mungkin hanya ingin tahu kabar kita. Tapi kita merasa itu mengganggu, karena dalam pikiran kita, "Dia pasti udah tahu aku capek, kenapa masih nanya-nanya?" Padahal, mungkin itulah cara mereka menunjukkan perhatian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun