Sudah sejauh ini langkah tertatih,Â
Melewati malam tanpa pelita, tanpa teduh.
Apa yang menunggu di depan sana?
Langit baru atau duri di tanah luka?
Kaki ini, walau perih,
Terus melangkah tanpa pernah menyerah.Â
Labuhan napas tak pernah berhenti, Â
Meski dunia menolak sunyi ini. Â
Doa-doa dari rumah jauh di sana,
Mengalir seperti sungai, Â
Menguatkan jiwa yang hampir mati rasa.
Bertahun hidup di bawah bayang kelam, Â
Tertunduk pada beban yang tak terkatakan.
Kini, jiwa ini bangkit,
Bara kecil yang tak pernah padam, Â
Menyalakan kembali semangat bertarung.Â
Lara hanyalah dongeng yang ditulis waktu, Â
Kenangan pahit yang berbisik di telinga. Â
Aku tak lagi tunduk, Â
Karena setiap luka adalah tanda, Â
Bahwa aku masih di sini, masih melawan.
Â
Dan jika malam datang membawa gelap, Â
Aku akan jadi bintang kecil yang tak redup.
Karena hidup, meski kejam,
Adalah medan yang menunggu
Para petarung untuk menang. Â
Hantu masa lalu, hanya soal waktu....
Pena Narr, Belajar Mencoret...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!