Topik pilihan kali ini adalah tentang ulang tahun Kompasiana yang ke-16 di bulan Oktober 2024.
Banyak Kompasianer yang sudah menulis artikel sebagai bentuk apresiasi dan rasa syukur mereka terhadap platform ini, termasuk saya. Kompasiana bukan hanya sekadar tempat berbagi tulisan. Bagi saya, ini adalah rumah gagasan, ruang terbuka di mana kita bisa saling berbagi ide, pengalaman, bahkan keresahan.
Kompasiana hadir sebagai salah satu platform blog yang tumbuh bersama perkembangan teknologi dan budaya literasi di Indonesia. Didirikan untuk mewadahi kebebasan berpendapat dan menulis, Kompasiana menjadi salah satu wadah terbesar bagi siapa pun yang ingin menyuarakan pemikiran tanpa batasan.
Di usia ke-16 ini, Kompasiana telah bertransformasi dari sekadar platform blog menjadi komunitas penulis yang beragam. Penulis dari berbagai latar belakang berkumpul, berbagi pengalaman, gagasan, dan pemikiran mereka.
Saya sendiri pertama kali bergabung dengan Kompasiana pada 9 Februari 2020. Awalnya, saya tidak terlalu aktif menulis. Bahkan, bisa dibilang akun Kompasiana saya dibuat bukanlah karena inisiatif pribadi, melainkan karena tuntutan akademis. Salah satu dosen saya mewajibkan kami, mahasiswanya, untuk menuliskan hasil resume tugas di platform ini. Tulisan pertama saya saat itu berjudul "Review Buku: Menuju Pemikiran Filsafat".Â
Namun, setelah tugas kuliah selesai, kesibukan akademik, organisasi, dan kegiatan pengabdian membuat saya tak sempat lagi aktif menulis. Waktu berlalu, dan akhirnya saya menjadi pasif untuk beberapa saat.
Keinginan untuk kembali menulis tak pernah benar-benar hilang. Saya mulai aktif kembali pada 11 Juli 2024, setelah merasa ingin kembali menyalurkan gagasan dan keresahan melalui tulisan. Di awal-awal, tulisan saya masih jauh dari kategori highlight atau headline, tetapi saya menyadari bahwa menulis bukan sekadar untuk mengejar popularitas. Bagi saya, tujuan menulis lebih dalam dari itu, menulis adalah bentuk pengungkapan diri, sebuah cara untuk berbagi gagasan, keresahan, dan cerita dengan orang lain.
Satu kutipan dari penulis legendaris Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, selalu menginspirasi saya, "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah." Kalimat ini memberikan saya dorongan untuk terus menulis, apa pun hasilnya. Menulis adalah cara untuk tetap hidup dalam lintasan waktu dan sejarah.
Saya selalu terinspirasi oleh para penulis senior di Kompasiana. Setiap kali membaca artikel utama mereka, saya bertanya-tanya, bagaimana caranya mereka bisa membuat tulisan yang menarik perhatian banyak pembaca dan terpilih menjadi artikel utama? Dari situlah saya mulai belajar dan mempelajari lebih dalam mengenai kriteria artikel utama di Kompasiana. Ternyata, ada beberapa syarat penting yang harus dipenuhi, seperti konten yang informatif, relevan, dan tentu saja, kualitas penulisan yang baik.
Perlahan tapi pasti, saya pun berusaha meningkatkan kualitas tulisan saya. Walaupun sampai saat ini saya merasa masih terus belajar, saya mulai memahami bagaimana cara membuat tulisan yang lebih bermakna dan menarik bagi pembaca.Â
Hingga akhirnya, setelah berhasil menulis 20 artikel utama, saya menerima notifikasi dari Kompasiana: "Selamat! Kamu telah memenuhi syarat menjadi kandidat Kompasianer Terverifikasi (Centang Biru)."Â Momen itu merupakan salah satu pencapaian yang sangat membanggakan bagi saya.