Mohon tunggu...
Narul Hasyim Muzadi
Narul Hasyim Muzadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - طلب العلم

Belajar mencoret

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Menyaring Kandidat Pemimpin Lewat Etikabilitas, Intelektualitas, dan Elektabilitas

8 September 2024   06:01 Diperbarui: 8 September 2024   06:01 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lebih dari sekadar elektabilitas | Image by Rmol.id

Logika berpikir dalam politik sering kali menjadi pusat perhatian bagi mereka yang kritis terhadap proses demokrasi dan pemilihan pemimpin.

Rocky Gerung, salah satu pemikir kritis yang sering mengulas dunia politik di Indonesia, pernah menekankan tiga poin penting yang harus dipenuhi oleh calon pemimpin, yaitu "etikabilitas, intelektualitas, dan elektabilitas" dikutip dari Rakyat Bersuara yang tayang di iNews pada Selasa (3/9/2024).

Jika kita ingin melihat kualitas pemimpin yang benar-benar mampu membawa perubahan, maka tiga aspek ini tidak boleh diabaikan. Namun, apakah masyarakat pemilih sudah sepenuhnya memahami pentingnya ketiga poin ini?

Etikabilitas, Fondasi Moral yang Kerap Terabaikan

Etikabilitas dalam konteks ini, merujuk pada etika dan moralitas calon pemimpin. Dalam masyarakat yang kompleks seperti Indonesia, etika sering kali menjadi hal yang paling cepat tergerus oleh kebutuhan pragmatis dalam politik. Kita sering mendengar slogan-slogan moral dari para politisi, tetapi apakah janji moral tersebut benar-benar ditepati?

Masyarakat sering kali terjebak dalam dinamika politik yang mengaburkan batas antara kebenaran dan kebohongan. Kita lebih sibuk melihat seberapa sering seorang calon tampil di media atau seberapa sering mereka memberikan bantuan materi, tetapi jarang kita menggali lebih dalam tentang integritas pribadi mereka.

Padahal, seorang pemimpin yang etikabilitasnya baik akan memiliki komitmen kuat untuk menjaga nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan masyarakat, meskipun itu sulit dilakukan di tengah godaan kekuasaan.

Namun, di realitas politik, banyak yang memilih mengabaikan etikabilitas ini. Kita bisa melihat contoh bagaimana kasus korupsi dan pelanggaran moral sering kali melibatkan tokoh politik yang seharusnya menjadi panutan. Ketika hal ini dibiarkan terjadi, masyarakat pada akhirnya beradaptasi dengan standar moral yang semakin rendah. Pemimpin yang lolos dari tuduhan etika dianggap sebagai hal yang normal.

Intelektualitas, Bukan Sekadar Cerdas Tapi Juga Visioner

Intelektualitas adalah kemampuan seorang pemimpin untuk berpikir secara kritis, analitis, dan menyusun strategi. Seorang pemimpin yang baik harus mampu menawarkan solusi inovatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat.

Mereka harus bisa memimpin dengan wawasan luas, pemahaman mendalam tentang isu-isu global dan lokal, serta kemampuan untuk memecahkan masalah yang kompleks.

Namun, kenyataannya tidak semua pemimpin yang dipilih berdasarkan intelektualitas. Masyarakat sering kali terbuai dengan tampilan luar seorang calon, daripada melihat sejauh mana kapasitas intelektualnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun